SEORANG mahasiswa di Malang, Jawa Timur, menciptakan sebuah aplikasi yang berfungsi memandu jamaah haji agar tidak tersesat selama beribadah haji di Tanah Suci. Aplikasi untuk telepon seluler pintar dengan sistem operasi Android itu diberi nama Komunik, yang merupakan kependekan dari komunitas unik.
Aplikasi itu, kata Bagus Aditya Priyambada, sang pengembang Komunik, hanya bekerja dalam satu komunitas dan berfungsi untuk menunjukkan lokasi secara detail dari masing-masing anggota komunitas itu. Ide awalnya memang dari banyaknya jamaah haji yang tersesat di Tanah Suci. Musim haji tahun ini ribuan jamaah haji tersesat. Bahkan ada jamaah usai thawaf di Masjidil Haram, Makkah, tersesat sampai kembali ke Jeddah.
Komunik layaknya berbagai aplikasi penunjuk jalan yang sudah dikenal lebih dahulu, seperti Waze, Google Maps atau Foursquare. Namun, Komunik memiliki keunggulan yang banyak disukai pengguna aplikasi, yakni sangat menghargai privasi.
“Hanya anggota dalam satu komunitas saja yang bisa mengetahui posisi dan profil masing-masing anggota yang ditunjukkan di dalam peta seperti Google Maps,” kata Aditya saat ditemui di Malang, Kamis, 2 Oktober 2014.
Hanya Anggota Grup
Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Politeknik Negeri Malang itu lantas mendemonstrasikan cara kerja Komunik pada ponsel pintar layar sentuh miliknya. Ia mula-mula mengunduh dan memasang aplikasi Komunik yang berkapasitas 1,69 MB itu.
Kemudian, pengguna awal yang merangkap sebagai administrator dalam grup, mengisi formulir pendaftaran di dalam aplikasi yang meminta identitas nama lengkap, nama pengguna, kata sandi, nomor ponsel, dan alamat email.
Dalam formulir itu, administrator juga diminta memasukkan nama pengguna lain yang akan jadi anggota dalam komunitasnya. Tentu, pengguna yang terdaftar juga harus lebih dahulu memasang aplikasi Komunik.
“Tidak ada batasan minimal dan maksimal anggota dalam satu grup. Administrator itu bisa mengundang atau mengeluarkan anggota,” katanya.
Setelah terpasang dan terdaftar, pengguna cukup memilih menu permintaan lokasi untuk menampilkan posisi seluruh anggota saat itu. Memanfaatkan server Google Maps yang bisa diakses gratis, Komunik bisa menampilkan posisi pengguna di dalam peta.
Posisi masing-masing anggota digambarkan dalam bentuk avatar berupa foto diri atau avatar lain yang telah dipilih. Avatar akan muncul di atas peta tempat mereka berada dan otomatis memperbarui informasi posisi setiap sepuluh detik. Selain gambar visual, lokasi juga ditampilkan dalam deret angka penunjuk titik koordinat.
Memantau Posisi Anak
Aditya mengklaim, akurasi aplikasi buatannya mencapai 22 meter dari lokasi sesungguhnya. Sebab, semua data lokasi adalah data dari Google Maps yang dapat diakses secara gratis. Sementara itu, data tentang identitas pengguna diambil dan disimpan di server buatan Komunik yang dibuat di alamat web yang juga gratis.
Pelacakan lokasi dalam aplikasi bekerja menggunakan GPS satelit dan juga GPS builtin dari internet nirkabel atau BTS milik operator seluler yang digunakan pengguna. Selama ada sinyal internet, pendeteksian lokasi tetap bisa dilakukan, meski pengguna berada di dalam gedung.
Ada beberapa menu yang bisa dipilih pengguna di dalam aplikasi itu. Selain menunjukkan lokasi, juga ada menu chatting dua arah antara dua pengguna saja, profil masing-masing anggota dan komunitas. Semua bisa diakses seluruh anggota komunitas yang terdaftar.
“Jadi, posisi hanya bisa diketahui anggota komunitas. Banyak kawan yang suka dengan fitur yang privat ini, bisa mencegah tindak kejahatan karena informasi terbagi di kalangan terbatas,” katanya.
Fungsi dari privasi itu sangat beragam. Aplikasi ini bermanfaat untuk digunakan orang tua yang sedang memantau posisi anaknya. Begitu pun di dalam satu kelompok jamaah haji yang sedang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
Namun sayangnya, aplikasi Komunik belum bisa dipasarkan di Google Play dalam waktu dekat. Aditya sedang menyempurnakan menu tambahan agar aplikasi berfungsi sempurna.
Selama empat bulan pengerjaan, aplikasi tersebut belum bisa menampilkan menu panduan arah layaknya GPS saat mengemudi kendaraan. Begitu pun soal keamanan terhadap peretas, Adit belum bisa memastikan data dan aktivitas pengguna di aplikasinya aman dari pencurian.
Aplikasi Komunik adalah tugas akhir Aditya yang akan diunggah di laman resmi Politeknik Negeri Malang. Pengguna yang tertarik dengan aplikasi itu dapat mengunduhnya lewat laman tersebut dan tidak dipungut biaya.
“Nanti setelah sempurna, akan ditawarkan ke Google Play, sambil mencoba mematenkan aplikasi dulu,” kata Moechamad Sarosa, Dosen Pembimbing sekaligus Ketua Program Studi Jaringan Komunikasi Digital Jurusan Teknik Informatika di Politeknik Negeri Malang. vivanews