AKU agak tersinggung omongan Fulan. Sebagai orang yang sudah umroh--berhaji masih menunggu 5 tahun lagi---aku marah dia pertanyakan kemabruran para haji dan mereka yang sudah umroh, tentu aku ada di dalam jamaah ini. Apalagi dia sebut mubazir.
Tapi marahku hanya bergemuruh dalam hati sebab bila marah sungguhan jangan-jangan dia balik tersinggung lalu hobi menraktir teman-temannya dihapus, bisa susah juga. Yang lebih penting, dia mungkin malah ndak jadi berumroh plus plus bersama jamaahku. Ah, ini hasrat meredam nafsu namanya.
"Saya kira ndak ada haji atau umroh yang mubazir bro. Gusti Allah gak seperti itu. Seperti kisah haji tukang sol sepatu, satu saja haji yang diterima Allah, semua jamaah hajinya diterima Allah juga," kataku.
Suasana Kafe Berkah ramai oleh orang yang ingin cangkrukan bersantai ria. Sebagian ada yang berkopyah ala pak haji. "Tapi seperti apa diterimanya oleh Allah. Jangan-jangan Allah menerima tapi dengan melengos, tidak sepenuh hati," kata Fulan.
Dalam hati aku makin dongkol. Dasar Islam liberal, kataku, masih dalam hati. Masak Allah melengos. Masak Allah dituduh ndak sepenuh hati dalam menerima umatnya yang bertamu ke rumah-Nya. Sungguh terrrlaaalu, sambil bergaya ala Rhoma Irama, tentu saja.
"Mungkin yang dimaksud sohib kita ini kualitas hajinya bro. Jadi bukan Allah yang melengos atau tidak full menerima umatnya, sebab maha sistem penilaian Allah itu sudah super canggih otomatis bekerja sendiri, sudah super online bin real time, dalam menangkap kualitas ibadah umatnya," kata Imron, si ustad kece.
"Terus karepmu piye Lan, opo haji nunggu urip sempurna disik, opo umroh nunggu awakmu dicap dadi kiai disik," kataku, agak sinis.
"Ya ndak to fren. Mana ada manusia sempurna kecuali Kanjeng Nabi. Mana ada orang khusyuk ibadah kecuali yang sudah seperti sufi. Dan aku juga ndak mau jadi sufi yang suka bertapa berkalwat dengan Yang Maha Kuat di goa-goa seperti pertapa dalam cerita silat, sebab di sekitarku masih banyak orang yang lemah, papa nestapa," kata Fulan.
Waduh, kalo Fulan meniru kaji sol sepatu repot juga aku. Dia bisa jadi tak akan naik haji dan uangnya lebih banyak dibuat menghajikan orang lain. Sebenarnya ini peluang juga sebab akan banyak karyawannya dinaikkan haji. Dan itu harus ikut jamaahku.
Aku jadi ingat bos besarku dulu. Konon beliau belum berhaji. Ini konon ya sebab aku belum tahu pasti. Tapi banyak karyawannya sudah dinaikkan haji. Para haji yarbos alias dibayar bos ini sepulang haji lagaknya sundul langit. Aromanya Arab terus, dan sering berjubah. Padahal bos yang menghajikan biasa-biasa saja tuh. Ini bedanya yarbos dan bos sungguhan.
Bukan hanya itu, bila soal amal, beliau juga nomor satu. Filantrofi sejati. Sejumlah masjid di kota ini beliau yang membangun. Sejumlah gedung pemerintah juga dia sumbang dalam jumlah besar. Perusahaan temannya yang kolaps dia bantu agar bisa bangkit lagi. Orang yang datang kepadanya pun saat pulang diberi sangu.
Lalu orang-orang ini bercerita ke orang lain, lalu orang lain itu cerita ke orang lain lagi, hingga kisah amal bos saya jadi sangat terkenal, hampir menyamai terkenalnya dua orang terkaya dunia Bill dan Melinda Gates. Persamaan tentu bukan soal jumlah amalnya tapi kualitas ghirahnya dalam beramal.
Bill dan Melinda sudah empat tahun berturut-turut memegang posisi orang terkaya sejagat versi Forbes dengan harta USD 86 miliar atau sekitar Rp 1.103 triliun (kurs Rp 13.300 per dolar AS). Tapi dia dan istrinya suka hidup sederhana membantu sesama.
Melinda Gates, selaku Co-Chair of the Bill & Melinda Gates Foundation, juga terjun ke desa di Yogyakarta Rabu 22 Maret 2017 untuk melihat kehidupan masyarakat, menampung keluhan mereka, sekaligus mencari solusi, agar dia bisa membantu memperbaiki kehidupan orang-orang yang mestinya menjadi tanggung jawab kita sebagai pemangku di negeri ini.
Namun secara khusus Melinda memantau proses penelitian nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia. Sudah dua kali Melinda ke Indonesia. Pertama tahun 2015 lalu yang antara lain juga mengunjungi Yogyakarta. Selain Bill Gates orang terkaya dunia kedua adalah pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffett, dengan harta USD 75,6 miliar (Rp 1.005 triliun). Sama dengan Bill, Warren juga suka beramal.
Bill dan Melinda sudah empat tahun berturut-turut memegang posisi orang terkaya sejagat versi Forbes dengan harta USD 86 miliar atau sekitar Rp 1.103 triliun (kurs Rp 13.300 per dolar AS). Tapi dia dan istrinya suka hidup sederhana membantu sesama.
Melinda Gates, selaku Co-Chair of the Bill & Melinda Gates Foundation, juga terjun ke desa di Yogyakarta Rabu 22 Maret 2017 untuk melihat kehidupan masyarakat, menampung keluhan mereka, sekaligus mencari solusi, agar dia bisa membantu memperbaiki kehidupan orang-orang yang mestinya menjadi tanggung jawab kita sebagai pemangku di negeri ini.
Namun secara khusus Melinda memantau proses penelitian nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia. Sudah dua kali Melinda ke Indonesia. Pertama tahun 2015 lalu yang antara lain juga mengunjungi Yogyakarta. Selain Bill Gates orang terkaya dunia kedua adalah pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffett, dengan harta USD 75,6 miliar (Rp 1.005 triliun). Sama dengan Bill, Warren juga suka beramal.
Tapi sama dengan Bill dan Melinda Gates serta Warren Buffett, bos saya tadi juga belum berhaji. Saya membayangkan, kira kira manfaat mana antara 100 orang semacam bos saya ini---atau secara global seperti Bill dan Melinda serta Warren Buffett--dengan 1 miliar orang yang sudah berhaji? Saya merenung sejenak. Terlintas lagi kisah haji sol sepatu. Ya, bisa jadi Bill Gates dan Melinda sudah berhaji secara esensial.
"Yok opo dul..!," kata Fulan menyentakku.
"Apanya? Jadi nggak umrohnya bro...!" kataku.
"Ya udah aku daftar. Yang paling murah saja. Paket Ceria yang katamu tadi 23 juta. Aku sama istriku," kata Fulan. Tiga teman lain langsung menoleh padaku.
Alhamdulilah....!