TOKOH NU yang pandai dan kaya akan joke-joke, selain Gus Dur adalah KH Hasyim Muzadi. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantipres) ini tutup usia pada Kamis pagi, 16 Maret 2017.
Banyak yang dikenang dari sosok Hasyim (72 tahun): sosok yang ramah dan "royal"--istilah Jawa untuk orang yang suka memberi uang kepada orang lain, ceramahnya yang segar, dan pandangannya yang kritis. Kiai Hasyim, seperti halnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sahabatnya, juga punya selera humor yang baik. Banyak cerita mengenai guyonannya. Sebagian besar joke-jokenya orisinil, yang didapat dari pergulatannya dengan problem umat, bukan hanya di Indonesia, khususnya NU, tapi saat dia keliling dunia. Ini beberapa di antaranya.
Saya Mau Haji Soleh Saja
Cerita ini adalah cerita nyata yang diceritakan oleh Naib Amirul Haj 1431 H KH Hasyim Muzadi. Menurut Kiai Hasyim -sapaan akrab KH Hasyim Muzadi, percakapan berikut ini adalah kisah nyata antara dirinya dengan salah seorang pembantu di Pesantrennya al-Hikam Malang Jawa Timur.
“Pada waktu itu sebelum berhaji bersama keluarga dan beberapa orang yang membantu khidmah (bekerja) di Pesantren al-Hikam, saya menerangkan tentang tata cara haji kepada rombongan,” tutur Kiai Hasyim memulai ceritanya.
“Di antara pilihan tata cara haji itu ada yang dinamai haji Tamattu’, yaitu melakukan umroh terlebih dahulu, baru kemudian berhaji. Ada haji Ifrod, yaitu melakukan haji dahulu baru kemudian Umroh. Dan terakhir adalah haji Qiron, yaitu melakukan haji dan umroh sekaligus,” terang Kiai Hasyim.
“Kita boleh memilih manakah di antara nama haji-haji itu yang akan kita pakai. Apakah haji tamattu’, Ifrod ataukah Qiron,” pungkas Kiai Hasyim.
Seusai bercerita, Kiai Hasyim bertanya kepada salah seorang pembantunya yang bernama Sholeh. “Jadi nanti kamu mau haji apa leh? Mau haji tamattu’ atau haji ifrod?”
Dengan lugunya, Sholeh pun menjawab, “Tidak Pak Kiai, saya mau tetap saja seperti biasa, tidak usah ganti nama. Saya mau jadi Haji Sholeh saja.”
“Ha...!???/ (Sumber Humor)
Pilkada dan Pil KB
Dalam beberapa momen ceramah KH Hasyim Muzadi menyindir kelakuan sejumlah politikus dengan sebuah guyonan yang mengontraskan antara pilkada (pemilihan kepala daerah) dan pil KB (Keluarga Berencana).
"Hadirin tahu apa bedanya pilkada dan pil KB?" tanyanya.
Jamaah diam. Agak bingung. Lalu menunggu Kiai Hasyim menjawab pertanyaannya sendiri.
"Pilkada, kalau jadi pasti lupa. Sedangkan pil KB, kalau lupa pasti jadi," guraunya, yang disambut tawa hadirin. (Sumber: NU Online)
NU, Muhammadiyah, dan Rokok
Dalam sebuah ceramah KH Hasyim Muzadi menyelingi dengan sebuah humor berisi kisah dan pelajaran. Berikut selingan ceramah beliau:
Sekarang NU dan Muhammadiyah itu bedanya hanya rokok saja. Dulu ribut-ribut masalah qunut (Subuh). Itu dulu. Sekarang sudah tidak ribut-ribut masalah qunut Subuh lagi karena sudah tidak sembahyang Subuh.
Dan, sekarang bedanya hanya di rokok saja. Di Muhammadiyah (rokok) haram, di NU makruh. Kalau di NU diharamkan, ada pesantren tutup, sebab kyainya "minar raki'in". Tapi, di Muhammadiyah yang merokok juga ada.
Pak Malik Fajar itu Ketua (PP) Muhamamdiyah, tapi ia merokok. Pernah berjumpa saya (di airport). "Loh, ini Muhammadiyah, kok, merokok?"
"Begini Pak Hasyim. Selagi aku merokok ini jadi NU," jawab Malik Fajar.
"Lah, terus?"
"Kalau sudah selesai, jadi Muhammadiyah lagi," jawab Malik. (Sumber: Muslimedianews.com)
Kontek Banser
KH Hasyim Muzadi bercerita kalau KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah cerita tentang perjalanan naik pesawat dan turun di Bandar Udara Abdul Rachman Saleh, Malang. Saat kedatangannya, dia mendapat pengawalan ketat dan disambut secara meriah oleh banyak anggota Banser NU yang memegang handy talky untuk mengamankan kedatangannya.
Sayangnya, kata Kiai Hasyim, anggota Banser itu saat menghubungi rekan lainnya malah menyatakan: "Kontek...Kontek. Abdul Rachman Saleh telah mendarat di Bandara Abdurrahman Wahid." (Sumber: Gusdur.net)
Mengajar di Gereja Kristen
KH Hasyim Muzadi bertemu pertama kali dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 1977. Dari pertemuan itu muncul pengalaman menarik pada 1978: Hasyim mendapat "getah" gara-gara "ulah" Gus Dur.
Ceritanya begini. Gus Dur, yang saat itu berusia 37 tahun, mengajar di sebuah gereja Kristen di Kota Malang. Akibat aksi ini, para kyai di Jawa Timur geger hingga memanggil tuan rumah tempat Gus Dur tinggal waktu itu.
"Apa betul Gus Dur mengajar di rumahnya orang Kristen?" tanya salah seorang kyai kepada si tuan rumah.
Si tuan rumah itu tak lain adalah KH Hasyim Muzadi. Kiai Hasyim mengiyakan sembari menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya tentang Gus Dur.
"Beliau itu mengajar, bukan diajar oleh orang Kristen," kata Kiai Hasyim berkelit setelah dianggap abai mencegah Gus Dur untuk mengajar orang Kristen. (Sumber: Gusdur.net)