🕋oleh Gatot Susanto
RAJA Salman bin Abdulazis Al Saud menghipnotis bangsa Indonesia selama kunjungan kenegaraannya di negeri ini 1 - 9 Maret 2014. Bangsa Indonesia menyambut Sang Raja dengan penuh cinta. Antusiasme masyarakat terlihat di sekujur Tanah Air menyambut Raja Salman saat tiba di Indonesia Rabu 1 Maret 2017.
Jutaan pasang mata tertuju pada sang raja. Para pejabat tinggi negara begitu riang gembira. Para politisi seolah satu kata, konflik perebutan kekuasaan sementara stop dulu, mereka kompak menyambut Raja Salman dengan perasaan cinta.
Media Arab Saudi memberi istilah, lautan cinta masyarakat Indonesia tercurah untuk sang raja. Presiden Jokowi untuk pertama kalinya menyambut langsung Raja Saudi di Bandara Halim Perdanakusumah. Lalu masyarakat menyemut ingin melihat konvoi mobil rombongan raja Salman yang bergerak menuju Istana Bogor. Istaga Bogor sendiri menjadi saksi kunci kegairahan kerjasama dunia negara.
Presiden Jokowi dan Raja Salman menyaksikan penandatanganan 11 MoU berbagai bidang, mulai ekonomi, sosial budaya, kesehatan, kelautan, keamanan, pendidikan dan agama. Wajar masyarakat rindu sang raja. Sebab di tengah krisis kepemimpinan di dalam negeri, raja Salman dicitrakan sebagai pemimpin yang bukan saja kaya raya, tapi juga adil bijaksana serta tegas dalam memberantas korupsi.
Hukum ditegakkan bukan hanya ke orang lain tapi juga anggota kerajaan sendiri. Hal ini tentu beda dengan persepsi masyarakat terhadap pemimpinnya sendiri, yang masih tebang pilih, hingga hukum tajam ke bawah tumpul ke atas. Cerita raja Salman yang adil dan bijaksana menyebar lewat media sosial dan liputan media massa. Selain itu, masyarakat sempat berharap raja Salman bagi bagi duit di jalan.
Tentu ini mustahil. Tapi uang Saudi toh mengalir deras dalam berbagai bentuk investasi hingga mampu menyokong proses pembangunan di Tanah Air. Saudi sempat dilaporkan membenamkan dana investasi US$25 miliar di Indonesia atau selisih US$ 5 miliar dari investasi Iran yang sebesar US$20 miliar. Belum lagi gelontoran dana sosial triliunan yang segera dirasakan masyarakat Indonesia. Tapi, sekali lagi, tetap harus dikontrol bersama penggunaan dana tersebut.
Tak bisa dipungkiri, rindu akan sang raja, karena Salman kaya raya secara pribadi dan sebagai negara petro dollar yang kekayaannya melimpah dari minyak--meski sekarang kandungan minyaknya makin menipis.
Dan sang raja juga rindu akan Indonesia, yang sudah lama mendukung secara politik kebijakan Saudi di kawasan Timur Tengah. Rindu akan nostalgia dengan keluarga Sukarno yang berjasa ikut memayungi kawasan Arafah dengan rindang pohon Sukarno. Indonesia juga pengirim jamaah haji dan umroh terbanyak. Uang orang Indonesia tentu mengalir deras ke negeri Arab ini. Juga TKI asal Indonesia ikut menggerakkan proses pembangunan negeri kerajaan ini. Saling rindu yang membuncah meruapkan lautan cinta di dua negara. 🕌
RAJA Salman bin Abdulazis Al Saud menghipnotis bangsa Indonesia selama kunjungan kenegaraannya di negeri ini 1 - 9 Maret 2014. Bangsa Indonesia menyambut Sang Raja dengan penuh cinta. Antusiasme masyarakat terlihat di sekujur Tanah Air menyambut Raja Salman saat tiba di Indonesia Rabu 1 Maret 2017.
Jutaan pasang mata tertuju pada sang raja. Para pejabat tinggi negara begitu riang gembira. Para politisi seolah satu kata, konflik perebutan kekuasaan sementara stop dulu, mereka kompak menyambut Raja Salman dengan perasaan cinta.
Media Arab Saudi memberi istilah, lautan cinta masyarakat Indonesia tercurah untuk sang raja. Presiden Jokowi untuk pertama kalinya menyambut langsung Raja Saudi di Bandara Halim Perdanakusumah. Lalu masyarakat menyemut ingin melihat konvoi mobil rombongan raja Salman yang bergerak menuju Istana Bogor. Istaga Bogor sendiri menjadi saksi kunci kegairahan kerjasama dunia negara.
Presiden Jokowi dan Raja Salman menyaksikan penandatanganan 11 MoU berbagai bidang, mulai ekonomi, sosial budaya, kesehatan, kelautan, keamanan, pendidikan dan agama. Wajar masyarakat rindu sang raja. Sebab di tengah krisis kepemimpinan di dalam negeri, raja Salman dicitrakan sebagai pemimpin yang bukan saja kaya raya, tapi juga adil bijaksana serta tegas dalam memberantas korupsi.
Hukum ditegakkan bukan hanya ke orang lain tapi juga anggota kerajaan sendiri. Hal ini tentu beda dengan persepsi masyarakat terhadap pemimpinnya sendiri, yang masih tebang pilih, hingga hukum tajam ke bawah tumpul ke atas. Cerita raja Salman yang adil dan bijaksana menyebar lewat media sosial dan liputan media massa. Selain itu, masyarakat sempat berharap raja Salman bagi bagi duit di jalan.
Tentu ini mustahil. Tapi uang Saudi toh mengalir deras dalam berbagai bentuk investasi hingga mampu menyokong proses pembangunan di Tanah Air. Saudi sempat dilaporkan membenamkan dana investasi US$25 miliar di Indonesia atau selisih US$ 5 miliar dari investasi Iran yang sebesar US$20 miliar. Belum lagi gelontoran dana sosial triliunan yang segera dirasakan masyarakat Indonesia. Tapi, sekali lagi, tetap harus dikontrol bersama penggunaan dana tersebut.
Tak bisa dipungkiri, rindu akan sang raja, karena Salman kaya raya secara pribadi dan sebagai negara petro dollar yang kekayaannya melimpah dari minyak--meski sekarang kandungan minyaknya makin menipis.
Dan sang raja juga rindu akan Indonesia, yang sudah lama mendukung secara politik kebijakan Saudi di kawasan Timur Tengah. Rindu akan nostalgia dengan keluarga Sukarno yang berjasa ikut memayungi kawasan Arafah dengan rindang pohon Sukarno. Indonesia juga pengirim jamaah haji dan umroh terbanyak. Uang orang Indonesia tentu mengalir deras ke negeri Arab ini. Juga TKI asal Indonesia ikut menggerakkan proses pembangunan negeri kerajaan ini. Saling rindu yang membuncah meruapkan lautan cinta di dua negara. 🕌