HAJI MAKBUL.COM - Hampir setiap hari umat Islam Indonesia ada yang umroh di Tanah Suci. Mereka diimbau untuk mendoakan agar negerinya aman dan membawa masyarakat menuju kesejahteraan. Negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Negeri yang menjadi dambaan dan impian seluruh manusia. Negeri yang rakyatnya sejahtera dan selalu bersyukur karena mendapat ridha dari Allah SWT.
Sebentar lagi umat Islam Indonesia juga akan berhaji. Haji mereka akan mabrur, setidaknya makbul, diterima Allah SWT. Seorang yang berhaji mabrur dan makbul doanya selalu diijabahi oleh Allah SWT. Karena itu diimbau untuk mendoakan negaranya. Bangsanya. Rakyatnya. Ini agar Indonesia sejahtera adil dan makmur.
Sudah ratusan juta umat Islam di tanah air melakukan ibadah haji dan umroh. Sejak bertahun-tahun lalu, pertanyaannya apakah mereka berdoa untuk bangsa dan negaranya? Dan apakah benar doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Tentu kita tidak boleh suudzon kepada Allah. Yang jelas kita harus terus berdoa agar negara kita aman tenteram dan damai. Mengapa?
Ya, karena hukum alam. Sunnatullah. Tarik menarik antara kebaikan yang kita tebarkan dengan keburukan yang kita lakukan harus selalu terjaga keseimbangannya. Tidak boleh njomplang. Bila njomplang akan terlihat situasinya menjadi buruk, semisal timbulnya perpecahan antar-umat, ketidakadilan, kemiskinan, dan lain-lain. Karena itu, makna lain yang tersembunyi dalam haji dan umroh harus pula dikedepankan, yakni silaturahmi antar-umat se-dunia. Dalam skala negara, antar-umat Islam di Indonesia. Bisa dibayangkan betapa indahnya bila para tokoh di Indonesia bersatu, khususnya tokoh Islam, ulama, kiai, masyayikh, ustad, habaib, dan lain-lain.
Lihat saja betapa indah, sungguh menyejukkan, ketika beberapa hari lalu, Ustaz Abdul Somad (UAS) melakukan kunjungan ke tiga tokoh sepuh Nahdlatul Ulama (NU). UAS melakukan kunjungan silaturahmi ke Rais Aam Jamiyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN), Habib Luthfi bin Yahya; pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen); dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah).
Tentu tidak perlu ada tafsiran-tafsiran politis, sebab sesungguhnya silaturahim demikian sangat wajar. Bahkan wajib hukumnya. Apalagi UAS sendiri berasal dari tradisi Nahdliyin. Tidak hanya kultural. Hasanul Rizqa yang menulis di laman republika.co.id, menyebut mubaligh kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara, itu pernah merasakan kiprah di ranah struktural sebagai sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il NU Provinsi Riau periode 2009-2014.
UAS bertamu ke kediaman Habib Luthfi di Pekalongan, Jawa Tengah, pada Jumat (8/2/2019) lalu. UAS disambut sang tuan rumah dengan ramah. “UAS datang di (rumah) Habib Luthfi itu silaturahim biasa, seperti tamu lainnya. Sebab, siapapun yang hadir silaturahim, beliau (Habib Luthfi) sangat welcome,” kata Sekretaris Jenderal JATMAN, KH Mashudi, seperti dikutip dari republika.co.id, Sabtu (9/2/2019).
Kabar ini menyebar. Merayapi hati-hati umat yang sempat panas dengan kesejutan silaturahmi para tokohnya. Foto-foto silaturahmi UAS tersebar di media sosial. Tampak di banyak gambar, yang bersangkutan bersalaman hangat dengan Habib Luthfi. Keduanya kemudian berbincang-bincang akrab.
Di tengah-tengah obrolan, Habib Luthfi bahkan menyebut UAS tidak lagi sekadar ustaz. Gelarnya sudah menjadi “Syekh”, yakni Syekh Abdusshamad.
"Jangan panggil ustadz, panggil Syaikh Abdusshamad.’ Ungkapan Habib Luthfi bin Yahya itu saya anggap cara beliau mengangkat nama saya,” kata Ustaz Abdul Somad.
Kata-kata Habib Luthfi itu boleh jadi bukan pujian semata. Pemimpin JATMAN tersebut pastinya telah mengenal betul profil UAS. Untuk diketahui, dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau itu merupakan keturunan Syekh Abdurrahman bin Nakhoda Alang bin Nakhoda Isma'il. Tuan Syekh Silau Laut, demikian gelarnya, lahir pada 1858 di Kampung Rao, Batubara (Sumatra Utara). Sepanjang hayatnya, mursyid Tarekat Syatthariyah itu pernah menuntut ilmu hingga ke Pattani (Thailand) dan Tanah Suci.
“Hubungan Abdul Somad dengan Syekh Abdurrahman, yakni Abdul Somad anak dari Hajjah Rohana, yang anak dari Siti Aminah, yang anak dari Syekh Abdurrahman," kata peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu via sambungan telepon. UAS meneruskan, Tuan Syekh Silau Laut pernah mengirim seorang anak laki-lakinya ke Makkah. Namanya, Syekh Muhammad Ali. Di Tanah Suci, dia belajar antara lain pada Sayyid Alawy al-Maliki, ulama ahlus sunnah wa al-jamaah (Aswaja) terkemuka.
“Dia (Syekh Muhammad Ali) wafat pada 1990. Sekarang, Silau Laut dipimpin Tuan Haji Ibrahim, anak Syekh Muhammad Ali,” terang UAS.
Dalam kesempatan ini, UAS tampak menyetor hasil bacaannya atas buku karya kakeknya, yang menurutnya telah di-tahqiq muqabalah dengan beberapa kitab tasawuf. Di hadapan Habib Luthfi, UAS alias Syekh Abdusshamad kemudian mencocokkan nama-nama sanad tarekat.
UAS mengaku kagum dengan Habib Luthfi yang sangat hafal sanad hingga kepada Rasulullah SAW. Silsilah tarekat Naqsyabandiyah Habib Lutfi bin Yahya diungkapkannya sebagai berikut. Habib Lutfi bin Yahya memeroleh talqin zikir dari Syaikh Abdul Malik. Syaikh Abdul Malik dari Syaikh Muhammad Ilyas. Selanjutnya, Syaikh Muhammad Ilyas dari Syaikh Sulaiman Zuhdi.
“Syaikh Sulaiman Zuhdi ini titik pertemuan silsilah zikir ulama-ulama Naqsyabandiyah Indonesia,” kata UAS.
Kentalnya nuansa keilmuan dari silaturahim itu kian jelas ketika Habib Luthfi menyarankan UAS supaya mengamalkan wiridan Tarekat Naqsyabandiyah. Selama ini, alumnus S-2 Darul Hadits (Maroko) itu telah diakui dalam dua tarekat, yakni Naqsyabandiyah dan Syatthariyah—seperti kakek buyutnya, Tuan Syekh Silau Laut.
“Lautan itu luas. Ada perahu Qadiriyah yang dibawa Syaikh Abdul Qadir al-Jilani; ada perahu Naqsyabandiyah; tapi, lautannya tetap, (yakni) La-ilaaha-illallah,” UAS mengulangi kata-kata Habib Luthfi kepadanya.
Pertemuan itu ditutup dengan nasihat Habib Luthfi. Intinya, sang habib akan selalu mendukung UAS dalam jalan dakwah Aswaja.
“Beliau (Habib Luthfi) melanjutkan agar (UAS) tetap menjadi benteng Ahlussunnahwaljama'ah. Silaturahim ke kediaman Habib Luthfi bin Yahya. Masya Allah, menyejukkan, zahir dan batin. Mohon ijazah zikir, doa, dan nasihat,” kenang UAS.
Sehabis pertemuan itu, muncul wacana memasukkan UAS ke kepengurusan JATMAN. Hal itu dibenarkan Mudir Am JATMAN Kiai Wahfiuddin saat dikonfirmasi terpisah. Namun, realisasinya belum mewujud sekarang.
“Habib Luthfi menawarkan Syekh Abdusshamad (UAS) untuk masuk dalam jajaran pengurus aliyah (nasional) JATMAN. Tapi, belum ada realisasinya, masih sedang dipertimbangkan untuk masuk di posisi mana,” ujar KH Wahfiuddin dalam pesan singkat, Sabtu (9/2).
Setelah menyambangi Habib Luthfi bin Yahya, UAS sowan ke KH Maimun Zubair (Mbah Moen) di Jawa Tengah. Setelah itu Ustaz Abdul Somad bertemu KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah. Gus Solah merupakan pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Foto pertemuan UAS dan Gus Solah diunggah oleh UAS di akun Instagram-nya, Sabtu (9/2/2019). Terdapat lima foto yang diunggah UAS, salah satunya memperlihatkan UAS yang memakai koko putih dan kopiah hitam, bersalaman dengan Gus Solah.
Begitulah cara ulama memberi teladan silaturahmi. Haji dan umroh juga ajang silaturahmi. Saat umat dilanda konflik, kita membayangkan para tokohnya berhaji bersama atau umroh bersama dan berdoa untuk bangsa dan negara, tanpa ada kepentingan pribadi, partai, atau golongan. Kita membayangkan haji dan umroh menjadi solusi bangsa dan negara, dengan ridha Allah SWT. (gatot susanto)