HAJIMAKBUL.COM - Selama beberapa kali berkunjung ke Abah Mukri di Pungging, Mojokerto, Jawa Timur, saya mendapat cerita menakjuban soal orang-orang hebat seperti Uwais Al Qarni.
Sosok yang dikisahkan menghebohkan langit dan diceritakan secara flashfront (istilah plesetan saya untuk kebalikan dari flashback sebab cerita ini dikisahkan melompat ke masa depan) oleh Rasulullah SAW.
Abah Mukri adalah owner KBIH tempat saya daftar haji sekaligus sebagai pembimbing haji. Jamaahnya sangat banyak dari Mojokerto sendiri, Sidoarjo, Jombang, Gresik, atau Lamongan.
Saya sering mendapat cerita hebat dari Abah Mukri soal orang-orang yang sangat rindu Kakbah. Orang-orang dengan penghasilan pas-pasan sebagai bakul sayur keliling kampung, tukang becak, kuli bangunan, di mana hasil memeras keringatnya ditabung lalu disetor sebagai biaya haji via KBIH milik Abah Mukri.
Namun itu dulu saat model dana talangan diperbolehkan. Sekarang model ini dihapus setelah dicurigai menimbulkan masalah. Padahal sangat membantu masyarakat berhaji. Bila saya mau, sudah sejak 2013 lalu saya pasti sudah berhaji hehehe...
Namun haji soal lain. Dia urusan Allah. Butuh ridho Allah. Perlu ada undangan dan panggilan Allah SWT. Dari kisah Abah Mukri, banyak orang menghajikan ibu atau bapaknya dengan cara apa pun.
Bagi orang tua, impian terakhirnya adalah haji. Bila tidak mampu secara ekonomi, mereka berdoa setiap saat. Sementara anak-anaknya bekerja keras untuk mewujudkan impian orang tunya menjadi tamu Allah di tanah suci. Ya mirip Uwais Al Qarni.
Namun, mereka biasanya hanya mengurus biaya hajinya saja. Tidak sampai ikut mendampingi ibunya berhaji karena cupetnya uang mereka. Namun kerja kerasnya. Rajin menabung. Sama dengan latihan Uwais Al Qarni. Uang yang dikumpulkan anak-anak yang baik itu untuk beli tiket penerbangan dan bekal orang tuanya.
Sama dengan Uwais melatih tubuhnya untuk mampu menggendong ibunya selama melakukan perjalanan jauh menuju tanah suci. Para tukang sayur, tukang becak, kuli bangunan, yang saleh dan berbakti pada ibunya ini tentu tak mungkin menggendong ibunya ke Makkah. Mereka hanya mengumpulkan uang untuk bayar BPIH. Air mata bahagia pun meleleh saat mengantar orang tua berhaji.
Sama dengan Uwais Al Qarni dan ibunya saat menunaikan ibadah haji. Uwais Al Qarni memang harus menggendong ibunya yang tua renta itu sambil berjalan kaki selama perjalanan dari Yaman menuju Makkah. Perjuangan berat sebab harus melewati padang pasir yang tandus dan panas.
Namun, seperti ditulis Ari Cahya Pujianto, Uwais terus dan terus menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah. Subhanallah, sungguh besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais juga berjalan tegap menggendong ibunya tawaf mengelilingi di Kakbah tujuh putaran. Ibunya pun terharu. Betapa dia merasa bahagia menjadi tamu Allah. Air matanya bercucuran telah melihat Baitullah. Di hadapan Kakbah, ibu dan anak itu berdoa. Saling berdoa. Mendoakan.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya, terheran.
Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.”
Betapa teladan yang bukan hanya baik. Tapi indah. Dunia indah dengan keinganan ala Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih di tengkuknya.
Lalu mengapa Allah menyisakan bulatan putih di tengkuknya? YA itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW, untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Kakbah karena Rasullah SAW berpesan “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman."
"Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua.”
Begitulah kisah orang yang berbakti kepada ibunya. Orang yang istimewa di mata Allah SWT.
"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim).
(gatot susanto)