Muslim di Masjid Agung London.
HAJIMAKBUL.COM - Semakin berkembangnya Islam di negeri Inggris membuat peluang pasar bisnis semakin besar pula. Mulai bisnis makanan halal hingga perjalanan haji atau umrah. Menjelang musim haji tahun 2019 ini, banyak pengusaha layanan perjalanan haji mencari cara menggaet calon jamaah haji untuk berangkat ke tanah suci melalui biro perjalanan hajinya. Namun, sama seperti di Indonesia, sebagian di antara mereka ternyata biro haji abal-abal.
Karena itu, Otoritas Penerbangan Sipil (CAA) Inggris mengeluarkan peringatan adanya potensi penjualan paket haji palsu pada Muslim Inggris. CAA meminta Muslim Inggris mewaspadai tawaran paket haji dari biro haji abal-abal yang menjanjikan layanan bagus di Tanah Suci.
Seperti dikutip dari Birmingham Live pada Kamis (4/4/2019), muslim di Inggris antusias melakukan ibadah haji yang merupakan salah satu rukun Islam bagi Muslim yang mampu secara fisik maupun finansial. Sekitar tiga juta orang menunaikan ibadah haji dari seluruh dunia, termasuk dari Inggris.
"Ketika kami memasuki periode pemesanan haji, kami mengingatkan konsumen untuk meneliti pemesanan haji itu. Ini sangat penting,” kata Direktur CAA, Paul Smith.
Dia mengatakan calon pengaju aplikasi haji lebih baik memilih agen perjalanan yang direkomendasikan pihak terkait. Seperti di Indonesia, bisa dicek melalui Kementerian Agama, atau website kemenag.go.id, muslim Inggris mengeceknya melalui lembaga keagamaan di sana. Sebab, dipastikan biro haji abal-abal pasti akan bergerilya mencari mangsa.
Lebih dari 25 ribu Muslim Inggris diperkirakan akan menjalankan ibadah haji tahun ini. Karena itu, CAA meminta kesadaran calon pengaju aplikasi haji untuk memeriksa paket haji. Salah satu yang diwaspadai dari biro haji abal-abal adalah soal keberadaan perlindungan Perizinan Penyelenggaraan Perjalanan Udara (ATOL).
Skema ATOL menawarkan perlindungan terhadap kerugian calon penumpang, jika sebuah perusahaan yang menerbangkan penumpang itu gulung tikar, sebelum memberangkatkan. CAA juga meminta calon pengaju aplikasi haji memeriksa ihwal apakah paket haji yang ditawarkan sudah termasuk pengaturan visa, alokasi bagasi, dan transfer akomodasi. Hal ini penting untuk memastikan hak-hak calon jamaah haji.
Islam Masuk Inggris
Sementara itu, Islam semakin berkembang pesat di Inggris. Soal masuknya Islam ke Inggris sendiri, sejumlah pihak berbeda pendapat. Namun, sebagian besar menyebutkan, masuknya agama Islam ke negeri tersebut terjadi sekitar akhir abad 18 M dan awal abad 19 M. Saat itu para imigran dari Asia Selatan, seperti Pakistan, Bangladesh, dan India, banyak ke Inggris. Saat ini jumlah mereka terbesar ketiga di Eropa setelah Prancis dan Jerman.
Para imigran Muslim ini adalah para kelasi yang direkrut oleh East India Company (Perusahaan India Timur). Usai pembukaan Terusan Suez tahun 1869 seiring makin meluasnya ekspansi kolonial Inggris, arus imigran pun kian meningkat ke negara tersebut. Mereka lalu membentuk komunitas kecil. Muncul permukiman di kota pelabuhan seperti Cardiff, South Shields (dekat Newcastle), Liverpool, dan juga di ibu kota, London. Secara perlahan, mereka mengajar Islam kepada penduduk setempat. Syiar Islam berkembang lewat dakwah mereka.
Membangun Masjid
Selanjutnya muslim asal Afrika Barat muncul di Liverpool dan tumbuh pesat sejak abad 19. Kegiatan komunitas Muslim ini menarik perhatian warga Inggris. Misalnya, sewaktu seorang Muslim keturunan bangsawan bernama Abdullah (Henry William) tahun 1901 memelopori pembangunan masjid.
Sebelumnya masjid di Woking-London lebih dulu berdiri berkat upaya sebuah kelompok elite Muslim di sana. Masjid tersebut selalu penuh dengan kegiatan agama dan menjadi pusat dakwah para penerjemah Al Quran terkenal, seperti Marmaduke Pickthall dan Abdullah Yusuf Ali. Masjid tersebut juga kondang lantaran hubungan eratnya dengan gerakan Ahmadiyah cabang Lahore.
Pembangunan masjid agung di London mendapat dukungan penuh Raja George IV tahun 1944. Ini merupakan respons atas pembangunan masjid agung di Paris, Prancis, tahun 1930-an. Tak hanya itu, raja juga menghibahkan sebidang tanah yang terletak di Taman Regent, pusat Kota London, sebagai balas jasa pada pemerintah Mesir yang telah menyediakan lahan untuk pembangunan Katedral Anglikan di Kairo.
Namun berbagai peristiwa seperti pecahnya perang dunia II dan masalah di semenanjung India, mengakibatkan tertundanya pembangunan masjid tersebut sampai tahun 1970-an. Pembangunan baru dapat terlaksana sekitar enam tahun kemudian dan diresmikan pada 1977.
Masjid baru ini diberi nama Masjid Pusat London lengkap dengan fasilitas Islamic Cultural Center-nya. Dan, sampai saat ini, di daratan Inggris terdapat sebanyak 136 buah bangunan masjid. Tiap tahun jumlah ini terus mengalami peningkatan.
Dapat dipahami, meningkatnya jumlah tempat peribadatan tersebut mencerminkan pula makin bertambahnya angka umat Muslim di Inggris. Apalagi, setelah ada kebijakan penyatuan kembali keluarga imigran yang berlaku sejak tahun 1960-an.
Imigran asal Pakistan dan Bangladesh tercatat merupakan komunitas Muslim terbesar. Jumlah mereka di tahun 1961, baru sekitar 25 ribu. Namun, 10 tahun kemudian, angkanya telah menjadi 170 ribu. Sedangkan pada sensus penduduk tahun 1981, jumlah imigran kedua negara ini telah mencapai 360 ribu, sebanyak 135 ribu di antaranya kelahiran Inggris. Pada 1991, jumlahnya meningkat sekitar 636 ribu jiwa.
Konsentrasi terbesar permukiman komunitas Muslim umumnya berada di kota-kota besar. Hampir separuh kaum Muslim Inggris tinggal di Kota London dan sekitarnya. Adapun sisanya memilih menetap di West Midlands, Yorkshire, serta wilayah sekitar Kota Manchester.
Pola distribusi permukiman kaum Muslim tidak merata secara etnis maupun geografis. Namun, pada beberapa tempat, ditemui adanya konsentrasi tertentu imigran dari satu negara.
Misalnya, imigran Muslim asal India tinggal di West Midlands; imigran Arab dan Iran menetap di Kota Cardiff, Liverpool, dan Birmingham; para imigran Turki-Siprus ada di kawasan timur London; dan imigran asal Pakistan-Bangladesh banyak menetap di Bradford. (rpk/gas)