Ilustrasi: Arrahmahnews.com
HAJIMAKBUL.COM - Saat ini banyak muslim tidak memperhatikan nasihat Rasulullah Muhammad SAW dalam berbicara. Baik bicara dengan kata-kata verbal maupun dengan tulisan, seperti memposting umpatan atau meso (bahasa Jawa), olok-olok, sindiran sarkasme, dan sejenisnya. Semua itu karena sekarang menuju tanggal 17 April 2019, di mana bangsa ini tengah menggelar Pesta Demokrasi: Pemilu Legislatif dan Pilpres.
Lalu apakah semua kata-kata buruk itu hanya gimik dari pesta dan akan lenyap dengan sendirinya setelah pesta berakhir? Semoga saja. Sebab energi bangsa ini terkuras habis gara-gara kita hanya berkata-kata saja. Suami lupa istri, lupa mencari nafkah untuk anaknya, hanya karena ingin sekali berkata-kata lewat media sosial untuk membalas olok-olok teman medsosnya. Dan sebagainya. Dan sejenisnya.
Bukan hanya saling balas olok-olok, tapi sampai bertengkar hebat. Bahkan, di Madura sampai ada yang tewas terbunuh, gara-gara kata-kata tak bermakna tapi tajam merajam.
"Ketika kalian berkata-kata dengan memposting umpatan atau ujaran kebencian, setan-setan berpesta. Iblis-iblis mendesis. Membisikkan mantra agar kau terus berkata-kata. Yang tanpa makna. Tapi tajam merajam."
Yang unik, perang kata-kata tak hanya dilakukan orang awam, tapi juga para petinggi negeri ini. Misalnya, perang kata-kata antara Menko Polhukam Wiranto dengan bekas anak buahnya di TNI, Kivlan Zen, terkait kasus kerusuhan Mei 1998. Selain itu juga Agum Gumelar yang masih mengungkit peristiwa penculikan aktivis yang diduga melibatkan Prabowo Subianto.
Kebenaran itu tidak kenal pangkat dan jabatan, senior atau junior.— J.S. Prabowo (@marierteman) April 5, 2019
Kalau yakin benar, harus disampaikan baik dengan cara ngotot mau pun tertawa...😃 pic.twitter.com/xvaCzGqDXM
Kasus-kasus ini sudah ditangani negara. Kita semua percaya kepada negara, sehingga proses apa pun yang dilakukan negara kita dukung bersama. Karena itu, mestinya, negara sudah menyelesaikan kasus ini dan bukan malah menjadikan mainan kata-kata yang bisa memicu konflik di akar rumput. Apalagi Wiranto dan Agum sekarang berada di lingkaran kekuasaan negara.
Perang kata-kata bagus saja bila kemudian ada muara solusinya. Para pemimpin harus ingat bila kata-kata mereka tidak hanya terucap lalu selesai. Kata-kata itu sangat panjang dampaknya saat disiarkan oleh media massa, dikutip netizen lalu diposting di media sosial, dibumbui dengan bumbu-bumbu lezat yang memabukkan seperti meme-meme dan kata-kata tambahan, dan seterusnya. Kemudian memantik api yang mengobarkan kemarahan.
"Yang paling dibenci Nabi dan paling jauh jaraknya dari Beliau pada hari Kiamat adalah para penceloteh yang banyak bicara."
Jidal
Dalam agama ada istilah jidal. Para kiai dan ulama memberi makna debat kusir. Bahasa Jawa, engkel-engkelan, eyel-eyelan, tidak berguna. Tidak ada manfaatnya. Jidal dilarang bila bikin gaduh suasana yang kondusif, memberi mudharat kepada orang lain, atau mengusik ketenteraman masyarakat. Perdebatan dinilai baik bila mendudukkan masalah. Kebenaran dikatakan kebenaran. Kebatilan dikatakan sebagai kebatilan. Bukan digoreng sreng-sreng untuk tujuan politik meraih kursi kekuasaan.
Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras penantangnya lagi lihai bersilat lidah’.” (HR Bukhari (2457) dan Muslim (2668).
Dikutip dari hidayatullah.com, diriwayatkan pula dari Abu Umamah RA, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk kecuali karena mereka gemar berdebat. Kemudian Rasulullah SAW membacakan ayat, “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.” (Az-Zukhruf: 58).” (Hasan, HR Tirmidzi (3253), Ibnu Majah (48), Ahmad (V/252-256), dan Hakim (II/447-448]).
Diriwayatkan dari Abu Ustman an-Nahdi, dalam sebuah hadist lain, dia berkata, “Aku duduk di bawah mimbar Umar, saat itu Beliau sedang menyampaikan khutbah kepada manusia. Ia berkata dalam khutbahnya, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya, perkara yang sangat aku takutkan atas ummat ini adalah orang munafik yang lihai bersilat lidah’.” (HR Ahmad)
Nah, sekarang negara ini berubah jadi dunia persilatan bukan? Dan banyak pendekar bersilat lidah! Ya, hanya bersilat lidah. Berkata-kata tanpa makna. (gas)