Oleh Imam Shamsi Ali*
HAJIMAKBUL.COM - Beberapa teman, bahkan di kedua pihak, paslon 01 dan paslon 02, mempertanyakan bahkan (maaf) nyinyir dengan keputusan saya menjatuhkan pilihan ke paslon tertentu. Di antaranya bahkan ada yang meragukan kesungguhan dan keikhlasan, dukungan saya. Bahkan ada pula yang mencurigai karena sebuah kepentingan.
Sebagaimana telah Saya sampaikan bahwa sejak Minggu, tgl 7 April 2019, sekembali dari mengikuti acara kampanye akbar Paslon no. urut 02 di GBK, saya memutuskan untuk mempublikasikan dukungan ke khalayak ramai.
Keputusan saya ini kontan menimbulkan pro dan kontra di kedua kubu paslon presiden dan wakil presiden. Bahkan di saat saya di atas panggung utama kampanye akbar paslon 02 saja sudah ada yang menyebarkan foto-foto saya ketika bersama dengan beberapa pejabat yang dikenal dekat dengan paslon no. 01. Di antaranya foto saya bersama Gubernur RK dan Gubernur GP.
Intinya kehadiran saya dan dukungan penuh saya kepada paslon no. 02 itu hampir disabotase oleh pihak-pihak yang justeru mendukung paslon yang sama. Syukurlah masih lebih banyak lagi yang punya pemikiran positif ketimbang kecurigaan yang tidak berdasar.
Tentu di pihak lain (baca paslon 01), keputusan saya memberikan dukungan secara terbuka ke paslon no. 02 menimbulkan kekecewaan, bahkan boleh jadi kemarahan. Maklum 5 tahun lalu saya termasuk yang sangat gigih, bahkan melawan fitnah dan serangan karena mendukung capres Jokowi ketika itu.
Lalu kenapa saat ini saya merubah haluan? Kenapa pilpres kali saya berpindah dukungan dari Jokowi yang saya dukung pada pilpres lalu ke Prabowo yang juga nota benenya lawan Jokowi pada pilpres ketika itu?
Berikut saya kembali menuliskan alasan-alasan saya secara singkat, tapi panjang (hehe):
Pertama, saya mendukung bukan karena dorongan emosi semata. Pilpres lalu saya dukung Jokowi, selain karena faktor JK (sejujurnya), juga karena saya melihat serangan bahkan fitnah kepadanya berlebihan. Karenanya saya memposisikan diri pada “unshur akhaka zholiman aw mazhluman” (tolong saudaramu yang menzholimi atau Yang dizholimi). Kalau sekiranya saya mencari selamat semata saat itu, saya memilih pilihan mayoritas teman-teman dekat saya (baca PKS dan PAN) ketika itu.
Kedua, saya mendukung juga bukan untuk kepentingan apapun. Jika itu untuk kepentingan dunia, sudah pasti dukungan kepada petahana lebih memastikan. Tapi dukungan saya murni karena pertimbangan-pertimbangan kepentingan yang jauh lebih besar. Kemuliaan agama dan umat. Dan demi Indonesia Raya.
(Bersambung)