Masjid Agung Sidoarjo (pwnu jatim online)
HAJIMAKBUL.COM - Ini tantangan bagi para takmir masjid di seluruh Tanah Air. Selama ini takmir masjid mengelola tempat ibadah hanya sesuai penafsirannya masing-masing terhadap ajaran agama. Tanpa ada standar yang menjadi rujukan bagaimana sebuah masjid dikelola secara profesional agar para jamaahnya semakin betah, nyaman, dan memiliki kepercayaan tinggi terhadap tempat ibadahnya tersebut. Nah, sudah Saatnya Manajemen Masjid Ber-ISO 9001:2015.
Untuk itu Dewan Masjid Indonesia (DMI) saat ini tengah berupaya mendapatkan predikat International for Standardization (ISO) 9001:2015. Nanti ketika DMI bisa meraih ISO itu dipastikan bisa menunjang upaya pemakmuran masjid di seluruh Indonesia sebab adanya standar mutu dalam pengelolaan masjid akan memudahkan pengelola masjid lain menetapkan tolok ukur dalam bekerja memakmurkan masjid. Sudah Saatnya Manajemen Masjid Ber-ISO 9001:2015.
Sekretaris Pemuda DMI, Ahmad Syarifuddin, menuturkan, pengurus masjid selama ini kesulitan mengukur kemakmuran sebuah masjid. Pasalnya belum ada instrumen yang dapat digunakan untuk menilai secara komprehensif sebuah masjid dikatakan makmur atau belum. Karena itu perlu adanya ISO. "Karena itu kami mengupayakan ISO ini," kata Ahmad Syarifuddin.
Dengan ISO, kata Syarifuddin, pengurus masjid lebih mudah bekerja untuk memakmurkan masjid. Selanjutnya DMI bisa membuat semacam formulir yang perlu diisi pengurus masjid. Formulir ini dapat menjadi data awal bagi pengurus masjid untuk mengambil suatu kebijakan yang tepat sasaran bagi jamaah dan masyarakat sekitar.
Syarifuddin memberi contoh, ada masjid yang menentukan target jamaah shalat Subuh dalam sebulan itu berjumlah 100 orang. Dalam proses pemenuhan target ini, pengurus masjid diharuskan melakukan rekapitulasi setiap hari jumlah jamaah salat Subuh-nya. Namun, bila ternyata yang tercapai hanya 70 atau 80 orang saja, maka pengurus bisa mengambil strategi baru agar target itu bisa tercapai.
"Langkah ini akan menjadi bahan penilaian tiap bulan atau tiap pekan tergantung komitmen pengurusnya. Nanti kita standarkan manajemennya apakah tiap bulan atau bagaimana. Agar peningkatan pemakmuran masjid ini ada buktinya," katanya.
Syarifuddin mengatakan, pemberlakuan instrumen ISO dalam pengelolaan masjid ini supaya ada catatan yang jelas dari berbagai kegiatan di masjid. Selanjutnya agar ada Standard of Procedure (SOP) pada beberapa hal, seperti tata kelola keuangan dan lain sebagainya. "Kami mengaktifkan SOP. Misalnya soal keuangan, SOP keuangan masjid itu seperti apa?" ujarnya.
Lalu apakah sudah ada masjid yang mengantongi ISO tersebut? Ternyata banyak masjid yang belum ada ISO-nya. Bahkan, menurut Syarifuddin, sejauh ini masjid yang mempunya predikat ISO 9001 baru Masjid Al-Ikhlas di Jatipadang, Jakarta Selatan.
"Setahu saya, masjid Al-Ikhlas ini sudah dari 2007 (punya ISO), dan mereka settle untuk ISO ini. Karena kan ISO ini disertifikasi secara internasional," katanya. Sudah Saatnya Manajemen Masjid Ber-ISO 9001:2015 seperti Masjid Al Ikhlas Jatipadang. (rpk/hud)