HAJIMAKBUL.COM - Banyak orang berusaha membangun masa depan dengan berinvestasi. Uang miliaran rupiah di-simsalabim-kan diubah menjadi bibit yang disemai untuk dipanen bila waktunya tiba. Saatnya yang muda berinvestasi wakaf untuk dipanen di masa depan.
Bahkan, saking bersemangatnya, para orang kaya ini sampai tidak teliti saat berinvestasi, hingga mereka pun merugi. Bahkan rugi besar. Uang miliaran pun ludes karena investasi bodong.
Itulah yang terjadi saat orang bernafsu ingin segera kaya raya lewat investasi dalam bisnis MLM (multi level marketing) atau trading forex misalnya. Bahkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi sampai menghentikan 73 entitas penawar investasi ilegal atau bodong pada 24 April 2019 kemarin. Mayoritas entitas penawar investasi bodong itu berkegiatan usaha trading forex di mana banyak orang kaya terpedaya olehnya.
Sama-sama investasi, bagaimana kalau orang kaya itu ditawari keuntungan jauh lebih besar. Apa itu? Ya, itulah surga. Keuntungan apa lagi yang besarnya melebihi surga? Tidak ada, bukan? Jaminannya pun jelas: Allah SWT.
Syaratnya juga mudah. Cukup niat ikhlas hanya demi Allah SWT. Uang atau barang yang diinvestasikan terserah. Barapa pun. Semua berhak memanen di ladang surga.
Investasi ini bukan MLM atau trading forex, tapi wakaf. Dan Ramadhan merupakan bulan investasi, baik dengan instrumen wakaf, zakat, infak, maupun sodaqoh, atau amalan yang lain.
Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat, Prof. Dr. It. KH. Muhammad Nu, DEA, saat tampil sebagai penceramah Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW di Masjid Salahudin, Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Rabu, 10 April 2019 lalu, mengibaratkan wakaf sama seperti investasi di masa depan. Bayar sekarang dengan harga murah, tapi harganya mahal di masa depan.
"Wakaf itu sebenarnya seperti membeli sesuatu di masa depan, bayarnya sekarang. Jadi masih murah. Ini menguntungkan, " katanya.
Selanjutnya, Ketua BWI hingga 2020 itu, mengatakan, saat ini wakaf tidak terbatas harta tidak bergerak saja. Dulu yang menjadi pemahaman umum masyarakat kita hanya berupa tanah, tetapi sekarang sudah menyangkut hampir semua kekayaan atau harta bergerak. Seperti uang, deposito, saham, asuransi. Bahkan hak property right atau hak paten/hak cipta juga bisa diwakafkan.
"Wakaf uang bisa berapa saja, sesuai kemampuan kita. Jangan dilihat jumlahnya untuk perorangan, tetapi diakumulasikan dengan Wakaf dari lainnya. Jumlahnya bisa luar biasa. Sehingga jika diproduktifkan hasilnya besar juga ," katanya.
Produktivitas atau hasil pengelolaan dana wakaf itulah yang bisa diserahkan kepada maukuf alaih atau penerima manfaat wakaf. Sedangkan harta wakaf tetap utuh untuk selamanya, tidak boleh dikurangi, apalagi dihabiskan.
"Wakaf itu, seperti itu. Pemberi wakaf atau wakif, akan menerima pahalanya jika harta itu bermanfaat bagi siapa pun. Sehingga harta wakaf itu harus dikelola hingga menjadi wakaf produktif," tegasnya.
Wakaf & Generasi Milenial
Muhammad Nuh lantas mengajak masyarakat luas khususnya Pegawai Ditjen Pajak untuk berwakaf. M. Nuh juga ingin menyasar generasi milenial untuk gerakan wakaf ini. Kini saatnya yang muda berinvestasi wakaf.
Mantan Mendikbud itu sempat bercerita tentang perjalanan hidup Rasulullah SAW. "Pada awal-awal Muhammad sebagai Rasulullah, pendampingnya, banyak anak muda yang sangat bersemangat. Ini salah satu perjuangan Beliau bisa sukses, " katanya di hadapan sekitar seratus orang jamaah shalat Dhuhur di masjid tersebut.
Sayyidina Ali, katanya lebih lanjut, baru berumur 8 tahun. Anak seumuran itu baru SD kelas 2. Sahabat Umar Ibnu Khattab berusia 26 tahun. Sahabat Abu Bakar Asshidiq berumur 37 tahun. Bahkan, pembunuh Abu Lahab usianya 13 dan 14 tahun. Semua masih muda-muda.
Untuk itu, gerakan Wakaf Produktif yang menjadi fokus utama pengembangan wakaf ini, katanya lebih lanjut, arahnya pada kalangan anak anak muda-muda. Seperti para mahasiswa serta civitas academica secara umum. Yang muda yang berinvestasi wakaf.
"Dalam hal ini kita punya program Waqf Goes To Campus (WGTC). Akhir Maret kemarin acara ini dilaksanakan di Yogyakarta. Melibatkan UNY, UII, UIN Sunan Kalijaga dan UMY, Universitas Muhammadiyah, Yogya. Alhamdulillah sukses, peserta yang hadir membludak dan penuh semangat,’’ tegasnya.
Mantan Menkominfo itu lantas menyoroti para jamaah Masjid Salahudin yang dinilainya masih mudah-muda. "Ini menjadi harapan suksesnya gerakan wakaf produktif di Ditjen Pajak, " tegasnya.
Guru Besar ITS itu lantas berseloroh, mengulang saat ketemu Sesditjen Pajak sebelum berceramah. Tadi, katanya lagi, Pak Sesditjen Pajak bilang jumlah karyawannya sekitar 45.000 (empat puluh lima ribu) orang di seluruh Indonesia.
Kalau saja yang berwakaf separuhnya, kata Nuh, atau 20 ribuan orang, dengan mengeluarkan uang Rp 10.000, berarti akan terkumpul wakaf Rp 200 juta. ‘’Besar juga. Tetapi, apa ya karyawan Ditjen Pajak yang gajinya besar hanya berwakaf Rp 10.000. Tentunya akan jauh di atasnya. Maka jumlahnya akan jauh lebih besar lagi,’’ katanya.
Mantan Rektor ITS itu mengakui, potensi wakaf di Indonesia sangat besar, karena jumlah penduduk Islam di negara kita ini di atas 200 juta dari 260 jutaan seluruh penduduk kita. ‘’Besar sekali potensinya, cuma sulit untuk menjadi suatu kekuatan riil. Tetapi, yakinlah suatu saat wakaf akan mengalami perkembangan yang sangat pesat dan bisa menjadi salah satu kekuatan ekonomi nasional kita,’’ tegasnya. (Gatot Susanto/bwi.or.id)