Salat tarawih di Masjid Darussalam Ponpes Al Fatah, Desa Temboro Magetan.
HAJIMAKBUL.COM - Selain salat tarawih tercepat di masjid Pondok Pesantren Mambaul Hikam Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dan di musala Padepokan Anti Galau Yayasan Albusthomi Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ternyata ada pula salat tarawih "terlama se-Indonesia". Bahkan waktunya sekitar 8 jam mulai bakda Isya' sampai waktu Sahur.
Ya, itulah yang biasa dilakukan jamaah salat tarawih di Masjid Darussalam Ponpes Al Fatah, Desa Temboro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Salat tarawih di sini lamanya 8 jam karena mengkhatamkan 30 juz Al Quran. Tarawih dimulai bakda atau setelah salat Isya' hingga tiba waktu Sahur. Untuk Sahur disunnahkan agar dilakukan di akhir malam alias menjelang Imsyak.
Sama seperti salat tarawih pada umumnya, para jamaah yang terdiri atas warga umum dan santri di Ponpes Al Fatah itu juga menunaikan 23 rakaat. Terdiri atas 20 rakaat salat tarawih dan 3 rakaat salat witir.
Salat tarawih dibagi tiga kelompok. Pertama, kelompok ustadz dan warga umum. Kedua, kelompok santri dan ketiga juga kelompok santri. Setiap kelompok memiliki 6 imam yang akan bergantian dalam satu kali tarawih. Setiap imam kebagian jatah membaca 5 juz Al Quran.
Salah satu imam salat tarawih bernama Ma'ruf mengatakan, salat dimulai sekitar pukul 19.00 WIB usai salat Isya' dan akan berakhir pukul 03.00 WIB. "Selesainya bersamaan orang makan sahur," katanya seperti dikutip dari detikcom, Rabu 15 Mei 2019 dini hari.
Ma'ruf menjelaskan, dari rakaat pertama hingga ke-20, imam membacakan 30 juz Al Quran. Setiap rakaat imam akan membaca satu atau satu setengah juz dalam waktu sekitar 24 menit. Pembacaan ayat suci Al Quran seterusnya dilakukan secara urut hingga juz ke-30 di akhir rakaat ke-20.
"Mulai rakaat pertama membaca 1 juz dan 1,5 juz disambung ke rakaat dua. Begitu seterusnya sampai rakaat ke-20," katanya.
Ma'ruf mengatakan, tarawih 8 jam tersebut juga menggunakan sistem salam per dua rakaat. "Sama dengan umum. Setiap dua rakaat salam," katanya
Lalu apa imam dan jamaah tidak lelah? Untuk itu disiapkan enam imam yang akan bergantian memimpin salat tarawih 8 jam. Setiap imam kebagian membacakan 5 juz Al Quran. Kemudian setiap pergantian imam, para jamaah memiliki waktu istirahat sekitar 15 menit untuk makan dan minum. Ini tujuannya agar mereka tidak lelah.
"Enam imam itu bergilir membaca lima juz. Setiap pergantian itu ada waktu istirahat 15 menit untuk sekadar minum atau makan takjil," katanya.
Yang menarik imam salat tarawih 8 jam di Magetan didominasi anak muda. Meski masih muda mereka sudah punya sertifikat kubro atau hafal Al Quran.
"Kalau usia saya 18 tahun dan teman saya kelima imam lainnya usia 18 dan 19 tahun," katanya.
Sambil menunggu giliran menjadi imam salat tarawih, Ma'ruf menjelaskan mengenai syarat atau orang yang memenuhi kriteria menjadi imam salat tarawih 8 jam. Tentu tidak semua bisa menjadi imam salat tarawih 8 jam sebab selain waktunya lama juga harus fasih menghafal Al Quran.
"Ada syarat khusus sudah mendapatkan sertifikat kubro atau hafal bacaan Al Quran 30 juz," ujarnya.
Cara meraih sertifikat kubro melalui ujian. Cukup berat sebab penghafal Al Quran harus membaca ayat-ayat suci Al Quran dikelilingi banyak orang yang akan menyimak hafalannya.
"Harus hafal. Tanpa membuka Al Quran. Ini dilakukan di hadapan para ustaz dan santri lain sambil duduk," katanya
Salat tarawih 8 jam untuk Ramadhan 1440 Hijriyah tahun ini, Ma'ruf tergabung dalam kelompok ustaz dan warga umum. Kemudian 5 imam lainnya dalam kelompok tersebut yakni Ali (18), Sidiq (19), Muzamil (20), Sarif (20), dan Muhammad (19). Semua imam berstatus santri.
Kampung Madinah
Pondok Pesantren Al Fatah yang berada di Desa Temboro, Kecamatan Karas, Magetan, sudah lama mencuri perhatian publik. Ponpes yang dipimpin oleh KH Umar Fathullah dan sang adik KH Ubaidillah Ahror itu juga dikenal sebagai pusatnya tahfid.
Jumlah santri di Ponpes Al Fatah mencapai 17 ribu lebih. Para santri tidak hanya berasal dari berbagai kota di Tanah Air tapi juga datang dari 16 negara di dunia.
Beberapa di antaranya seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Australia dan Somalia. Kemudian ada yang berasal dari Kamboja, Brunei Darussalam, Papua Nugini, Timor Leste, Bangladesh, India dan Suriname.
"Santrinya tidak hanya dari lokal tapi juga berbagai daerah di Indonesia bahkan ada yang dari luar negeri," kata salah satu ustaz di Ponpes Al Fatah, Zaenal Abidin di Masjid Darussalam, Senin (13/5/2019).
Ponpes dengan luas 50 hektare itu, kata Zainal, berada di kampung Madinah. Desa Temboro dijuluki Kampung Madinah karena mayoritas kaum hawa di daerah tersebut mengenakan pakaian berwarna hitam dan bercadar.
Untuk sampai ke ponpes ini, para santri dari luar kota bisa menggunakan bus umum dan turun di Terminal Maospati, Magetan. Dari terminal tersebut santri bisa menggunakan jasa ojek dan akan menempuh perjalanan 7 km dengan tarif sekitar Rp 20 ribu. Berbeda degan desa lainnya, di sana terdapat mesin ATM hampir semua bank.
Ponpes Al Fatah didirikan oleh KH Sarbun Sidik pada tanggal 1 Mei 1939. Berawal dari sebuah masjid yang diberi nama Al Fatah. Kemudian tahun 1952, KH Sidik membokar rumahnya sendiri untuk dibangun sebuah pondok yang muat untuk tinggal sekitar 50 santri.
Selanjutnya berkembang dengan pendirian gedung madrasah, menambah gedung pondok, tanfidul Quran, dan masih banyak lagi. Pondok pesantren ini juga memiliki program usaha perluasan Dakwah Islamiyah. Dengan tujuan menghidupkan sunnah-sunnah Nabi secara arif dan bijaksana, Mulai dari menghidupkan masjid hingga ziarah kepada para ulama.
Pondok ini kerap dikaitkan dengan komunitas Jamaah Tablig (JT). Namun tidak ada satu pun identitas JT di sana sebab sifatnya hanya dikaitkan saja. Apalagi JT bukan organisasi resmi yang memiliki badan hukum. JT dikenal sebagai gerakan dakwah yang terjun langsung di masyarakat. (gatot susanto)