HAJIMAKBUL.COM - Setiap muslim yang sedang Tawaf mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali, pasti jiwa dan raganya bergetar. Mengapa harus Tawaf? Mengapa Allah SWT memerintahkan muslim yang berhaji atau umrah harus mengelilingi Kakbah.
Saat Tawaf, jutaan manusia berputar satu arah mengitari satu titik: Kakbah. Hal itu menunjukkan ukhuwah Islamiyah secara simbolik. Namun dalam alam nyata, Kakbah dan kota Makkah merupakan pusat bumi. Bahkan, mungkin, pusat alam raya ini.
Roshdul Qiblat--fenomena di mana matahari melintas tepat di atas Kakbah di Makkah Arab Saudi--yang terjadi pada Jumat (27/5/2016) mengingatkan kembali betapa penting peran Kakbah di Masjidil Haram sebagai lambang penyatu umat Islam. Peran Kakbah sebagai satu-satunya arah dalam salat membuat umat Islam harus menyingkirkan ego sektoralnya saat menunaikan salat. Bayangkan saja bila jutaan umat memiliki sendiri-sendiri arah kiblatnya, pasti kekacauan akan terjadi.
Namun bukan hanya soal kiblat yang menyatukan semua muslim, ternyata Kakbah juga menjadi pusat dari bumi. Dikutip dari artikel Mukjizat Kakbah yang ditulis Okrisal Eka Putra, The Egyptian Scholar of the Sun and Space Reserch Center, yang berpusat di Kairo, Mesir, pernah memublikasikan hasil penelitian Prof Hussain Kamel yang menemukan sebuah fakta bahwa Makkah adalah pusat bumi. Dalam penelitiannya, dia menyimpulkan, kedudukan Makkah betul-betul berada di tengah-tengah dataran bumi.
Awal penelitiannya hanya untuk mengetahui arah kiblat di kota-kota besar dunia dengan menggunakan perkiraan matematika dan kaidah yang disebut "spherical triangle". Dia mulai menggambar suatu lingkaran dengan Makkah menjadi sebuah titik pusatnya, dan garis luar lingkaran adalah benua-benuanya.
Dia dibantu dengan topografi tahun 90-an yang telah menjadi teori yang mapan bahwa secara ilmiah lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan itu secara terus-menerus memusat ke arah Makkah.
Berdasarkan hasil penelitian ini, Arab Saudi meresponsnya dengan memulai proyek besar untuk mengganti rujukan waktu dunia dari GMT (Greenwich Mean Time) menjadi Makkah Mukarromah Time ( MMT). Dengan demikian, Kota Makkah bukan hanya sekadar arah kiblat, tetapi juga sebagai pusat koordinasi hitungan waktu. Jika waktu MMT ini diterapkan, akan memudahkan bagi setiap Muslim untuk mengetahui waktu salat.
Kiblat
Bagi umat Islam, menghadap kiblat merupakan syarat sah salat karena adanya perintah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 144-149. Kesepakatan ini berlaku pada salat fardu (wajib) dalam keadaan aman. Ketika dalam keadaan tidak aman dan menakutkan (seperti dalam keadaan perang) atau orang yang sedang dalam perjalanan di atas kendaraan, boleh setelah awalnya menghadap kiblat, selanjutnya mengikuti arah tujuan kendaraan.
Kalau kita berada di Masjidil Haram dan dekat dengan Kakbah, ulama mengharuskan kita menghadap secara tepat ke bangunan Kakbah. Dan, kalau kita berada di dalam Kakbah, kita boleh menghadap ke mana saja kecuali ke arah pintu Kakbah (menghadap keluar). Ini yang dicontohkan Rasulullah SAW ketika Beliau salat di dalam Kakbah, Beliau diriwayatkan berjalan ke arah dinding dan salat dua rakaat.
Dalam buku pintar Sains dalam Al Quran: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah karya Dr. Nadiah Thayyarah, Allah berfirman, "...dan agar engkau memberi peringatan kepada penduduk Ummul Qura (Makkah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya." (Al-An'am: 92).
Pernyataan lain yang membenarkan Makkah begitu istimewa ialah pernyataan Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Hurairah, di mana kala itu Rasul bersabda di depan Hazwarah, "Aku tahu bahwa engkau adalah sebaik-baiknya bumi Allah dan bumi yang paling dicintai-Nya. Seandainya aku tidak diusir keluar darimu, aku takkan keluar meninggalkanmu."
Dalam riwayat Tirmidzi dari Abu Abbas, disebutkan kalau Rasulullah pernah bersabda pada Makkah, "Engkau adalah negeri paling baik dan paling aku cintai. Jika bukan lantaran kaumku mengusirku darimu, aku takkan tinggal selain di negerimu."
Di sisi lain, temuan ilmiah yang dipublikasi pada Januari 1977 menyebutkan, Makkah al-Mukkarramah adalah pusat daerah kering di dunia (pusat bumi). Kebenaran ini didapat dari hasil penelitian selama bertahun-tahun, berdasarkan hasil analisa matematika dan program komputer.
Ilmuwan Mesir Dr Husein Kamaluddin berkisah soal temuan ilmiahnya ini. Penelitian yang dilakukannya menghasilkan sesuatu yang jauh berbeda dengan tujuan semula.
Awalnya, Husein melakukan penelitian untuk menemukan suatu alat yang dapat membantu setiap orang mengetahui dan menentukan arah kiblat. Sebab, dalam sejumlah perjalannya ke luar negeri, dia mencermati kalau arah kiblat merupakan masalah setiap Muslim saat daerah tersebut tidak memiliki masjid.
Masalah serupa juga dialami oleh ribuan pelajar Muslim ketika berada di luar negeri untuk keperluan studi. Oleh karena itu Husein mencoba membuat peta baru dunia dan menentukan arah kiblat dari semua tempat di dunia. Setelah mengambil garis-garis awal dan lima benua, dia terkejut melihat hasil yang didapatnya.
Ilmuwan Mesir itu menemukan fakta kalau Makkah berada di pusat bumi. Dia meletakkan satu ujung jangka di Kota Makkah, lalu melintaskan ujung satunya lagi ke seluruh tepi benua.
Dia kemudian yakin kalau daerah kering di atas permukaan bumi menyebar dari Makkah sebagai pusatnya. Di sini, dia menemukan Makkah sebagai pusat bumi.
Dengan demikian, Makkah atas kehendak Allah adalah pusat bumi. Itulah ungkapan para ilmuwan saat menyatakan Makkah sebagai tarikan radiasi magnet.
Hal serupa dibuktikan dan dirasakan sendiri oleh setiap orang yang berkunjung ke Makkah, baik dalam rangka ibadah haji maupun umrah. Dia merasa dirinya ditarik oleh semua hal yang ada di Makkah, dari tanah, pegunungan, dan sudut-sudutnya. Bahkan, jika dimungkinkan dia ingin meleburkan diri ke dalamnya dengan hati dan fisiknya.
"Demikianlah Kami wahyukan Al Quran kepadamu dalam bahasa Arab, agar engkau memberi peringatan kepada penduduk ibu kota (Makkah) dan penduduk negeri-negeri di sekelilingnya, serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak diragukan adanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka." (Al-Syurs: 7).(okz/rpk)