HAJIMAKBUL.COM - Para jamaah haji segera melakukan ritual puncak haji seitar dari 10 hari ke depan. Saat itu jamaah haji menjalani prosesi Arafah-Muzdalifah-Mina atau Armuzna dengan puncaknya melakukan Wukuf di Arafah. Rangkaian ritual ibadah haji ini sangat berat.
"Haji itu ibadah yang sangat membutuhkan stamina. Harus prima, kesehatan baik, maka setiap kita harus mampu menjaga kesehatannya masing-masing," kata Menag Lukman Hakim Saefuddin memberi saran kepada para jamaah saat bertemu jamaah haji kloter 32 Embarkasi Makassar (UPG 32), di King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah, Selasa (30/07/2019).
"Ukur kemampuan diri, jangan forsir beribadah tanpa diimbangi istirahat cukup dan asupan makanan sehat yang cukup," katanya.
Musim haji 1440H/2019M bertepatan dengan musim panas. Suhu di Makkah dalam sepekan terakhir berkisar 42 - 48 derajat celcius. Panas terik yang sangat menyengat menuntut jamaah untuk dapat menjaga kesehatannya, termasuk dari dehidrasi karena kekurangan cairan. "Jadi istirahat cukup, makan cukup," ujarnya.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), jumlah jamaah wafat bertambah. Sampai Selasa malam pukul 19.00 waktu Arab Saudi berjumlah 43 orang. Sebelumnya disebutan 41 orang wafat di tanah suci.
Tahun ini, Indonesia mendapat kuota tambahan sebesar 10 ribu jamaah haji. Sehingga, total kuota haji Indonesia tahun ini mencapai 231ribu, terdiri dari 214ribu jamaah haji reguler dan 17ribu jemaah haji khusus.
Untuk itu Menag berharap, tambahan kuota tersebut dipermanenkan. Maksudnya, tidak hanya berlaku tahun ini saja tapi juga untuk tahun-tahun selanjutnya sehingga antrean haji yang mencapai puluhan tahun bisa dikurangi. Jamaah waiting list bisa segera berangkat haji.
"Harapan kita kuota tambahan ini bisa diberlakukan untuk tahun mendatang," ujar Menag Lukman Hakim Saifuddin usai memantau layanan transportasi bus dan katering dan menyapa jemaah kloter 32 Embarkasi Makassar (UPG 32) di Jeddah.
Penambahan kuota pada penyelenggaraan haji 1440H merupakan kali ketiga. Dalam rentang 2015 – 2019 semasa Menag Lukman sebagai Amirul Hajj, telah terjadi tiga kali perubahan kuota, yaitu: 168.800 (2015 & 2016), 221.000 (2017 & 2018), serta 231.000 (2019).
Menag Lukman kali pertama menjadi Amirul Hajj pada penyelenggaraan haji 1435H/2014M. Saat itu, kebijakan pemotongan 20% masih berlaku. Kebijakan ini diberlakukan hingga tahun 2016, atau dua tahun pertama Menag menjadi Amirul Hajj di era Presiden Joko Widodo. Baru pada tahun 2017, kuota haji kembali normal menjadi 211.000. Hanya, saat itu Indonesia juga mendapat tambahan dari Raja Salman sebesar 10.000 sehingga total kuotanya menjadi 221.000.
Penambahan kuota haji 2017 ini diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Disebutkan Presiden bahwa Pemerintah Arab Saudi telah memenuhi permintaan Pemerintah Indonesia untuk mengembalikan kuota normal haji bagi Indonesia dari 168.800 menjadi 211.000 untuk 2017.
Selain itu, Pemerintah Arab Saudi juga menyetujui permintaan tambahan kuota haji Indonesia dan memutuskan menambah kuota 10.000. Dengan demikian, kuota haji untuk Indonesia tahun 2017 dari 168.800 menjadi 221.000. Indonesia mengalami kenaikan sebesar 52.200.
Keputusan ini merupakan tindaklanjut dari kunjungan Presiden Jokowi ke Arab Saudi pada September 2015, dan pertemuannya dengan Deputi Kerajaan Saudi di Guang Zho pada September 2016. Kunjungan dan pertemuan itu kemudian ditindaklanjuti oleh Menag Lukman dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Hasilnya, kuota haji Indonesia ditambah. Kuota haji sebesar 221.000 ini kemudian kembali diberlakukan pada musim haji 1439H/2018M.
Untuk musim haji 1440H/2019M, Indonesia kembali mendapat tambahan kuota sebesar 10.000 dari Arab Saudi. Kepastian bertambahnya kembali kuota haji diperoleh paska pertemuan antara Presiden dengan Raja Salman dan Putra Mahkota Kerajaan Saudi Muhammad bin Salman di Riyadh, 14 April 2019. Penambahan kuota ini juga disampaikan langsung Presiden Joko Widodo, selang dua hari berikutnya, setelah kembali ke Indonesia.
Terus bertambahnya kuota tentu menjadi berkah tersendiri bagi Indonesia, di tengah antrean haji yang memanjang. Namun, hal itu juga menjadi tantangan dalam proses pengelolaan dan mobilisasi jamaah, mengingat sarana prasarana di Arab Saudi juga masih terbatas, belum mengalami perubahan signifikan. Masjidil Haram memang sudah direnovasi hingga lebih luas. Tenda Arafah juga sudah dibuat semi permanen. Namun, kapasitas Mina yang terbatas tentu patut menjadi perhatian.
Hal itu juga yang menjadi concern Menag Lukman. Di setiap pertemuan dengan otoritas Arab Saudi, Menag selalu mengusulkan pentingnya pembenahan sarana prasarana di Mina, baik tenda, apalagi toilet. Selain luas wilayahnya yang sangat sempit, diperkirakan kurang dari 1 meter per jamaah, antrean toilet Mina menjadi persoalan yang selalu mengemuka dalam setiap penyelenggaraan ibadah haji.
Belakangan, diketahui bahwa Pemerintah Arab Saudi tengah melakukan kajian untuk penyediaan tenda bertingkat di Mina. Inovasi ini bahkan telah dipamerkan pada Expo Masyair tahun 2019. Berdasarkan informasi dari Ketua Muassasah Asia Tenggara Amin Indragiri yang diperoleh Direktur Layanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, proyek penyediaan tenda bertingkat ini bisa jadi akan mulai diberlakukan pada tahun depan. Semoga! (MCH/kemenag.go.id)