Oleh Ustad Arafat
(Penulis Buku Best Seller Hijrah Rezeki)
HAJIMAKBUL.COM - "Pantes aje dia bisa tajir melintir kaya gitu! Ternyata dia korupsi!" teriak Bang Midun yang bikin kaget semua orang yang lagi ngupi di warung Mpok Minah.
"Ente lagi baca berita apaan sih?" Bang Mada penasaran sambil merebut koran yang dipegang temannya itu.
"Tuh lihat berita yang ini! Rupanya orang kaya yang rumahnye di pojokan jalan itu ketangkep KPK! Ente kenal kan? Yang mobilnya gonta-ganti melulu tuh?"
Ternyata orang yang tercantum namanya di koran itu tinggal di sekitar mereka. Tak heran berita itu jadi obrolan seru di warung kopi.
"Ane sih udah menduga die pasti korupsi. Karena tetangga ane ngantor di tempat yang sama, masa kerjanya juga sama, tapi hidupnya biasa-biasa aja. Kalo jujur sih gak mungkin bisa cepat kaya raya begitu. Iye kan?" Bang Midun masih emosi.
"Ente jangan sembarangan ngomong! Kata Engkong Haji, rumusnye kaga begitu! Ntar siang abis Lohor kita tanya langsung deh di mushola!"
Bang Midun kepikiran juga apa maksud ucapan temannya itu. Maka selepas shalat Zuhur berjamaah mereka menemui Engkong Haji dan menceritakan kejadian tadi pagi.
"Si Mada bener tuh, kalau ada orang yang mencari rezeki tidak halal kemudian sukses, janganlah kita bilang terang aja dia kaya, karena korupsi!" Engkong Haji jeda sejenak.
"Terus kalau ada orang miskin karena dia jujur, jangan juga kita bilang, coba kalau dia korupsi, pasti kaya!"
Bang Midun dan Bang Mada semakin serius mendengar nasihat Engkong Haji. Dalam hati mereka membenarkan bahwa komentar seperti itu memang sering mereka ucapkan.
"Rezeki itu sudah Allah tentukan. Orang yang kaya, memang karena sudah bagian mereka. Sebenarnya kalau kemarin mereka gak korupsi, tetap saja mereka akan kaya. Karena ketentuan Allah tak akan berubah." Engkong Haji melanjutkan,
"Maka merugi sekali orang yang kaya karena perbuatan yang haram. Sebetulnya kalau mereka sabar dan menempuh jalan halal, mereka tetap akan meraih sebanyak itu pula. Sayang sekali mereka gak sabar!"
Jleb! Penjelasan Engkong Haji barusan mengena sekali di hati Bang Midun. Ia semakin konsentrasi menyimak guru ngajinya itu,
"Begitu pula sebaliknya. Kepada mereka yang sudah ikhtiar dengan jalan halal tetapi masih biasa-biasa saja keadaannya, maka kita katakan pada mereka beruntung sekali karena mereka sudah sabar di jalan yang halal!" Engkong Haji menatap lembut wajah kedua pemuda di hadapannya,
"Sebab seandainya kemarin mereka tidak sabar dan menempuh jalan haram, tetap saja harta mereka tak mungkin lebih banyak dari sekarang. Karena memang sudah bagian mereka seperti itu."
Jleb! Sepertinya hati Bang Midun ketembak dua kali! Rasanya ia baru saja mendengarkan ilmu rezeki tingkat tinggi dari Engkong Haji. Ia sadar betapa ruginya orang yang mencari rezeki dengan jalan yang tidak diridhai Allah, padahal Allah sudah menyiapkan bagian buat mereka.
Engkong Haji menutup nasihatnya dengan sebuah kisah yang terjadi pada masa tabi'in ketika seorang pedagang hendak pamit kepada Al-Imam Muhammad bin Sirrin untuk melancong dalam rangka berniaga. Sang ulama berwasiat,
اتق الله تعالى واطلب ما قدر لك في الحلال، فإنك إن تطلبه من غير ذلك لم تصب أكثر مما قدر لك
"Tetaplah dalam takwa kepada Allah di manapun engkau berada. Tetaplah mencari harta yang telah ditakdirkan bagimu dengan jalan yang halal. Dan ketahuilah, sesungguhnya meskipun engkau mencarinya dengan jalan yang tidak halal, maka engkau tidak akan mendapatkan yang lebih banyak dari apa yang telah ditakdirkan untukmu."
Tugas kita sebagai muslim adalah terus ikhtiar. Kewajiban kita adalah ridha dengan ketentuan-Nya. Tetap semangat berusaha, perluas ilmu, dan perdalam keyakinan, karena Allah pasti bersama hamba-Nya yang saleh.
Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!