HAJIMAKBUL.COM - Pemulangan jamaah haji Indonesia ke Tanah Air mulai dilakukan pada Sabtu 17 Agustus 2019 hari ini. Tepat saat bangsa Indonesia memperingati HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan. Jamaah haji juga seakan meraih kemenangan sebagai haji yang mabrur. Menang atas peperangan melawan setan dan hawa nafsu.
Kemenangan ini harus dipertahankan hingga sampai di rumah masing-masing sebab jangan sampai saat di Tanah Suci berhasil mengusir setan-- yang disimbolkan dalam ritual lempar Jumrah Ulaa, Wustha, dan Aqaba --seperti halnya Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS--bukan tidak mungkin setan justru berhasil mempedaya jamaah haji saat sampai di Tanah Air.
Saat di Baitullah di Makkah jamaah semangat mengusir setan. Tapi sampai di rumah sendiri malah berteman dengan setan. Ironis. Tragis bukan...?
Ini yang terjadi saat manusia kesetanan memburu harta. Korupsi. Mencuri. Lupa beramal dan sejenisnya. Setan pasti tertawa sendiri melihatnya. Setan akan berduka saat manusia itu bertobat dengan mengingat Allah SWT. Dengan istighfar. Dzikir. Berdoa. Salat.
Nah, sebelum meninggalkan Kota Makkah untuk pulang ke Tanah Air, jamaah haji menjalankan Tawaf Wada'. Tawaf perpisahan. Seperti berpisah dengan sang kekasih. Banyak di antara jamaah terharu. Menangis. Sudah merasa rindu.
Dirut ATRIA Travel, Zainal Abidin, mengaku ikut terharu saat melihat saudara sesama jamaah haji asal China ketika mereka baru saja selesai Tawaf Wada'. Mereka menangis saat akan meninggalkan Baitullah.
Mereka menangis tak bisa menahan derai air mata karena detik- detik perpisahan telah tiba, sementara mereka merasa dapat hadir di rumah Allah, lalu berkumpul di Padang Arafah, atas Rahmat dan karunia Allah SWT. Seakan semua itu ikut terlepas sehingga mereka menangis. Semoga karunia Allah selalu menyertai para jamaah haji.
"Mengapa kami terharu melihat mereka saat berdoa dengan ekspresi yang sangat dalam? Membayangkan penderitaan yang selama ini mereka rasakan di negerinya, seperti yang kita dengar selama ini di pemberitaan media massa. Tentu di antara lantunan doanya mengutarakan akan penderitaannya kala di negerinya, kepada Al Khaliq," kata Zainal Abidin.
Zainal Abidin yang membawa 91 jamaah haji khusus ATRIA lalu bersyukur sebab jamaah haji Indonesia hidup di negeri yang aman tenteram damai. Begitu nikmat dan indah hidup di negeri Pancasila yang merangkul semua perbedaan untuk hidup damai berdampingan.
"Sungguh nikmat yang sangat besar yang Allah karuniakan kepada para hujjaj yang datang dengan segunung dosa tapi tetap berharap rahmat dan pengampunan dari Allah SWT. Sungguh Maha besar kasih sayang Allah. SUNGGUH MAHA BESAR KASIH SAYANG ALLAH YANG MELAMPAUI BESARAN DOSA DOSA HAMBANYA. YA RABB JADIKANLAH HAJI KAMI SEMUA MENJADI HAJI MABRUR, DOA DOA KAMI SEMUA MENJADI DOA YANG KABUL KARENA RAHMAT MU YA ALLAH," kata Zainal Abidin.
Jamaah haji dari ATRIA melakukan Tawaf Wada' bersama jamaah asal China tersebut. Zainal sangat terharu sebab mereka berdoa sangat khusyuk. Hingga menangis. Berderai air mata.
"Kami tawaf wada' bersamaan saudara-saudara kita asal China. Sungguh saya menyaksikan khusyuknya mereka saat Wada' dan berdo'a, hingga meninggalkan Baitullah dengan berjalan mundur dengan berlinangan air mata," katanya.
Tawaf Wada' dilakukan seperti tawaf biasa, hanya saja tidak menggunakan ihram, tidak dilanjutkan dengan Sa'i dan tidak perlu memotong rambut (tahalul).
Jadi jamaah haji hanya tawaf 7 putaran dan salat sunah Tawaf. Setelah itu selesai dan jamaah melanjutkan aktivitas lain. Ada yang pulang ke Tanah Air melalui Jeddah dan ada juga yang ke Madinah untuk menjalankan ibadah Arbain. (Gatot Susanto)