Petugas bersiap mengantar jamaah haji ke pemondokan.
HAJIMAKBUL.COM - Dini hari. Jarum jam menunjuk angka pukul 01.00 waktu Arab Saudi. Kota Makkah masih lengang. Sunyi. Sebagian besar penghuni kota kelahiran Nabi SAW ini tengah lelap dalam tidurnya. Bersama mimpi indahnya.
Namun tidak bagi petugas haji. Mereka masih sibuk dengan tugas-tugasnya melayani jamaah haji Indonesia. Hal itu antara lain terlihat dari dua pria paro baya berseragam putih bertuliskan ‘Petugas Haji Indonesia 2019’. Kedua orang itu masih berada di dalam mobil yang melaju menembus kesunyian jalanan Kota Makkah. Tujuannya mengantarkan dua orang jamaah haji yang saat itu tengah duduk berada di bangku belakang mobil.
Siapa petugas haji itu? Mungkin jamaah haji tidak banyak yang mengenalnya. Namun siapa yang menyangka jika keduanya adalah orang penting dalam pengambil kebijakan penyelenggaraan haji Indonesia. Ya, mereka berdua adalah Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali dan Direktur Bina Petugas Haji Khoirizi.
“Kami baru selesai memantau pelayanan dan melakukan pertemuan di sektor 7, kemudian ada jamaah dari Aceh Singkil ini yang seharusnya tinggal di sektor 2, tersasar di sana. Kami ajak untuk ikut kami,” kata Nizar.
Sekitar 15 menit kemudian, mobil pun berhenti di depan hotel 225 yang menjadi tempat tujuan mereka. Dua orang jamaah tersebut tampak sumringah setibanya di hotel. Berulang kali mereka mengucapkan terimakasih kepada Nizar dan Khoirizi.
“Alhamdulillah, mereka merasa senang sudah diantar. Mereka kebetulan sudah menunggu giliran cukup lama untuk diantar oleh mobil sektor. Kebetulan mobilnya juga sedang berkeliling mengantar jamaah-jamaah yang tersasar di sektor 7 itu,” kata Khoirizi.
Setelah puncak musim haji di Arafah, mengantar jamaah kembali ke pemondokan memang menjadi pekerjaan rutin para petugas haji. Ada saja jamaah yang kerap ditemukan terpisah dari rombongan atau pun salah jurusan naik bus shalawat menuju pemondokan.
Maka, Kepala Daerah Kerja Makkah Subhan Cholid pun mengimbau para petugas kloter untuk menyampaikan kepada jamaah, bila mereka salah naik jurusan bus dan kebingungan, silakan langsung datangi pemondokan Indonesia terdekat. Kejadian semacam ini pun tak kenal waktu, bahkan kerap terjadi hingga tengah malam. Di sini lah petugas dituntut untuk siap sedia memberikan pelayanan kepada jamaah. Tanpa lelah. Tanpa mengeluh. Ini tugas negara. Ini tugas agama.
Selanjutnya koordinasi antar-petugas juga menjadi kunci suksesnya pelayanan. Untuk itu petugas yang ada di pemondokan akan berkoordinasi dengan pemondokan jamaah yang salah jurusan atau terpisah dari rombongan itu. 'Jamaah akan diantar atau dijemput untuk kembali ke pemondokan asalnya,” ujar Subhan di WA grup pimpinan Daker Makkah kala itu.
Risikonya, karena keterbatasan kendaraan serta jumlah petugas, maka jamaah yang terpisah rombongan ini perlu bersabar untuk dapat kembali ke pemondokan asalnya. Termasuk dua jamaah asal Aceh Singkil yang ditemui Nizar dan Khoirizi di hotel 713, zona Misfalah, Makkah itu.
“Siapa pun kita, selama kita adalah Petugas Haji Indonesia, maka wajib membina, melayani, dan melindungi jamaah. Termasuk ya mengantar jamaah haji pulang ke pemondokan,” ujar Nizar.
“Saya cukup yakin, petugas haji kita tidak ada yang berleha-leha. Kebetulan saat ini yang punya kelonggaran waktu untuk mengantar, saya dan Pak Direktur Bina Haji. Jadi kami yang antar, tidak masalah,” kata Guru Besar Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini kala ditanya mengapa tidak menyuruh jajarannya saja untuk mengantar jamaah tersebut.
Sementara, Direktur Bina Haji Khoirizi menuturkan, dalam pengamatannya, Dirjen PHU Nizar Ali memang kerap turun langsung melayani jamaah. “Kami sadar, pelayanan ibadah haji ini akan baik bila ada keteladanan. Maka jangan heran kalau melihat Pak Dirjen, bahkan Pak Menteri, turun langsung memberikan pelayanan bagi jamaah,” kata Khoirizi.
Khoirizi menuturkan, perjalanannya malam itu bersama Dirjen PHU sudah dimulai sejak pukul 21.30 waktu Arab Saudi. “Kami hanya ingin melihat sejauh mana semangat teman-teman petugas memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan pada fase kedua haji ini. Sebagaimana pesan Menag, semua petugas harus memberikan yang terbaik bagi jemaah,” kata Khoirizi.
Dia pun merasa terharu kala menyaksikan sendiri meskipun malam hari, para petugas selalu siap sedia di pos masing-masing untuk melayani jamaah. Malam itu dia menyaksikan sendiri para petugas sektor berjaga di kantor sektor. Petugas transportasi pun stand by di pos-pos bus shalawat selama 24 jam.
Ini, menurut Khoirizi, bukan hal yang mudah. Apalagi bila melihat perbandingan jumlah petugas dan jamaah. Saat ini hanya ada sekitar 1.200 petugas PPIH yang melayani lebih dari 150 ribu jamaah yang masih ada di Kota Makkah.
“Alhamdulillah, kami melihat kesadaran untuk membina, melayani dan melindungi jamaah tetap melekat di jiwaraga para petugas,” ucap Khoirizi.
Itu adalah doktrin yang kerap diberikan oleh pria yang kerap dipanggil Ayah oleh para petugas haji Indonesia ini. Sejak pembinaan 10 hari yang dilakukan di Asrama Haji Pondok Gede, Khoirizi kerap menanamkan kepada para petugas untuk melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jamaah haji diminta atau tidak diminta di manapun berada.
Penanaman ini terasa makin lengkap dengan keteladanan yang diberikan oleh para pimpinan di Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag. Bravo PPIH !!! (kemenag.go.id)