Oleh Ustadz Arafat*
HAJIMAKBUL.COM - "Seandainya dunia ini menjadi satu negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!"
Demikianlah ucapan Napoleon yang menunjukkan kekagumannya pada kota yang paling kokoh di dunia saat itu. Konstantinopel adalah pusat dari kekaisaran Romawi Timur.
Kota ini disegani karena bagian belakangnya dibatasi benteng-benteng terbaik setinggi 60 kaki. Belum ada sejarahnya pasukan musuh yang bisa lolos dari sini.
Adapun dari bagian depan, terbentang Laut Marmara yang dijaga ketat tentara laut dan Selat Golden Horn yang diblokade oleh rantai yang sangat besar sehingga tak mungkin ditembus kapal manapun.
Tidak heran jika berbagai bangsa mencoba menaklukkannya, mulai dari bangsa Gothik, Persia, Rusia, Bulgar, namun apa daya Konstantinopel terlalu perkasa.
Sehingga pada tahun 1453 Masehi, tersebutlah seorang panglima bernama Sultan Muhammad yang membawa 250 ribu pasukan militer dengan 400 kapal perang berusaha menerobos kota legendaris tersebut.
Kekuatan militer sebanyak itu dibagi menjadi beberapa titik oleh sang panglima, di antaranya adalah pasukan yang bertugas merobek rantai Golden Horn. Namun setelah beberapa hari peperangan usaha mereka tak membuahkan hasil.
Sultan Muhammad sudah memperkirakan, jika ia tetap saja melakukan pola tersebut seperti apa yang pernah dilakukan para pendahulunya, tentu akan membuahkan hasil yang sama juga seperti dahulu.
Maka untuk memperoleh hasil yang belum pernah dicapai selama ini, ia juga harus berani melakukan apa yang belum pernah diperbuat selama ini. Sang Sultan menarik 70 kapal perang melintasi perbukitan sepanjang 16 km hanya dalam waktu satu malam saja!
Usaha ini akhirnya berhasil, kapal-kapal perang itu kini berada di bagian dalam selat Golden Horn yang nyaris tanpa penjagaan. Pasukan muslim dengan mudah menyeberanginya dan melakukan serangan tiba-tiba ke jantung kota Konstantinopel.
Tinta emas sejarah pun mencatat Sultan Muhammad sebagai pahlawan yang telah membebaskan Konstantinopel. Sejak itu ia diberi gelar Al-Fatih (sang pembuka). Karena dahulu Rasulullah juga menyebut kata tersebut dalam hadist riwayat Al-Imam Ahmad,
لَتُفتَحنَّ القُسطنطينيةُ ولنِعمَ الأميرُ أميرُها ولنعم الجيشُ ذلك الجيشُ
“Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel. Sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu.“
Banyak sekali pelajaran dalam kisah di atas, namun ijinkan hari ini kita membahas satu saja prinsip emas yang ternyata senada pula dengan nasihat orang-orang barat,
If you want something you have never had, you must be willing to do something you have never done.
(Jika engkau mengharapkan apa yang belum pernah diraih, maka engkau harus melakukan apa yang belum pernah diperbuat)
Benar sekali. Alangkah banyaknya orang-orang yang menginginkan sesuatu yang baru dalam hidupnya, tetapi ia enggan melakukan hal yang baru, mempelajari ilmu yang baru, dan berteman dengan kenalan yang baru.
Sesungguhnya spirit Al-Fatih adalah pada keberaniannya untuk berubah, dari strateginya yang lawas menuju strategi yang berbeda. Inilah yang penting kita teladani. Siapa yang berani mengerjakan hal yang berbeda, ia pasti akan mendapati hasil yang berbeda.
Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dan berubah dari tidur panjang kita!
*Penulis buku best seller Hijrah Rezeki dan motivator kenamaan di Indonesia.