HAJIMAKBUL.COM - Sejumlah orang masih sangat merindukan beribadah di Tanah Suci. Ziarah ke makam Nabi SAW di Masjid Nabawi dan tempat bersejarah lain.
Namun karena Indonesia masih masuk daftar negara yang warganya belum boleh masuk Arab Saudi, beribadah umroh belum bisa dilakukan sekarang mengingat masih pandemi Covid-19. Namun biro umroh sudah melakukan registrasi untuk mengurus visa guna memberangkatkan jamaah pada tahun 1443 Hijriyah.
Namun bagi yang tidak mau berlama-lama menunggu, mereka menjajaki umroh lewat negara lain yang warganya boleh masuk Arab Saudi. Hanya saja harganya lebih mahal dua atau tiga kali lipat harga normal di Indonesia.
Umroh dari negara ketiga adalah perjalanan dengan transit ke negara lain yang masih memiliki penerbangan langsung ke Arab Saudi. Meski jadi pilihan, namun KJRI Jeddah meminta agar jamaah bisa sabar dan menunda umroh lebih dulu menunggu dibukanya penerbangan Indonesia - Arab Saudi.
"Bukan melarang beribadah tapi menyarankan. Silakan saja kalau mau lewat negara ketiga," kata Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah Eko Hartono seperti dikutip dari detik.com Sabtu 31 Juli 2021.
Eko mengatakan bahwa meski jadi pilihan, namun umroh dari negara ketiga sungguh menyulitkan. Ribet. Mahal. Ada risiko gagal berangkat.
"Pertama itu mencari negara ketiga yang terima Indonesia," katanya.
Sebab mencari negara ketiga bukanlah hal mudah. Dengan rekor kasus Covid-19 yang dicatatkan Indonesia, banyak negara yang menolak Indonesia.
Selain mencari negara ketiga, jamaah umroh juga harus memperkirakan lamanya kepergian. Dulu umroh hanya butuh waktu 2 minggu saja, sekarang jelas lebih lama.
"Di negara ketiga harus karantina 14 hari. Itu kalau negatif, kalau positif akan karantina lagi 10 hari. Lalu pulang dari Arab Saudi harus karantina lagi 8 hari," jelasnya.
Melihat catatan periode umroh sebelumnya, banyak jamaah yang harus merugi. Saat itu karantina di Arab Saudi memakan waktu 10 hari. Sehingga hanya ada sisa waktu 2 hari untuk umroh.
"Sebenarnya kegiatan umroh sendiri sudah selesai dalam 2 jam. Tawaf sekarang 25-30 menit selesai, kemudian sa'i itu paling lama satu setengah jam. Kalau mau umroh 2 hari ya monggo," tuturnya.
Di masa sebelum pandemi, umroh bisa terlaksana dengan budget sekitar Rp 25 jutaan. Namun jika negara ketiga jadi pilihanmu, maka ada pembengkakan biaya.
"Di masa pandemi ada prokes, kamar enggak boleh diisi lebih dari 2 orang. Bus diisi 50 persen, makan juga harus disuplai. Biayanya bisa naik jadi Rp 35 juta," jelasnya.
Dulu banyak agen travel yang menjual paket murah dengan pilihan hotel melati. Sekarang semua fasilitas jamaah ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi. Pilihannya tentu saja hotel berbintang. Mau tak mau, biaya untuk menginap jadi bengkak.
"Waktunya lama banget, beda biaya pesawat direct dan transit karantina di negara ketiga. Bisa lebih Rp 50 juta," ucapnya dikutip dari detikTravel.
KJRI meminta agar jamaah umroh Indonesia untuk sementara waktu menunda dulu. Mahal dan sedikitnya waktu kunjungan di Arab Saudi hanya akan membuat jamaah rugi.
Melihat panasnya situasi di Indonesia, KJRI kembali meminta agar jamaah umroh tidak tersulut. Arab Saudi tidak ingin jika nantinya ada klaster umroh dan peningkatan kasus infeksi dari Indonesia.
"Mungkin Anda (jamaah umroh) sehat, tapi kan yang dilihat sekarang bangsa kita lagi sakit. Ini murni faktor kesehatan, jangan egois, jangan tersinggung," ujarnya.
"Kembali lagi, KJRI tidak melarang umroh lewat negara ketiga. Namun sekiranya bisa ditunda, dipertimbangkan baik-baik. Supaya kita mudah di sini nanti. Insyaallah jika perkembangan COVID sudah membaik, jamaah bisa ke sini. Kalau dicabut, bukan cuma umroh, kunjungan pejabat dan lain-lain juga kembali normal," katanya. (hud)