Oleh Imam Shamsi Ali
“TIADA hari tanpa karya”. Kira-kira demikianlah Nusantara membawa diri dalam menapaki jalan Dakwah di bumi Amerika. Sebagaimana Iblis tidak pernah lelah untuk menggelincirkan anak cucu Adam ke jurang kesesatan, demikian Nusantara akan selalu hadir untuk meyakinkan bahwa Iblis akan gagal dalam misinya. Karena Nusantara yakin jika misi kebenaran (makrullah) pasti menang.
“Mereka berencana dan Allah berencana. Tapi Allah yang terbaik dalam rencana”. (Al-Quran).
Setelah dua bulan penuh menggembleng santri-santriyah dalam program intensif Pesantren Musim Panas lalu, kali ini Nusantara kembali hadir dengan program terbaru yang ditujukan khusus untuk pemuda/pemudi dan remaja Muslim kita. Program ini dinamai NUWIL atau Nusantara Weekend Islamic Learning.
Kata NUWIL sendiri punya ikatan akar dengan kata “nawala” atau “naala-yanaalu-naelatun” yang bermakna mencapai atau capaian. Dengan demikian, program NUWIL ini diharapkan menjadi sebuah kegiatan yang akan memiliki “capaian” positif bagi pemuda/pemudi dan remaja kita.
Rencana di Program NUWIL ini akan diajarkan ilmu-ilmu dasar keislaman seperti akidah, fiqh, sirah dan akhlak. Tentu juga belajar membaca Al-Quran yang benar dengan Tajwid dan makhraj.
Tapi dari sekian program yang dicanangkan NUWIL, diskusi-diskusi “untuk meluruskan pandangan-pandangan keislaman yang melenceng” akan menjadi program utama. Sebagai misal, pandangan anak-anak remaja yang melihat kebebasan tanpa batas. Seolah “freedom” itu sama atau dipahami sebagai “liberalisme”.
Ada juga pandangan sebagian anak muda/remaja kita yang mulai melihat agama sebagai beban bahkan hambatan bagi kehidupan. Agama cenderung tidak lagi dilihat sebagai solusi. Sebaliknya justeru agama dipandang masalah dan membawa kesulitan bagi kehidupan.
Juga konsep-konsep lainnya yang tengah dikembangkan secara sistematis untuk tujuan tertentu. Konsep pernikahan misalnya yang mulai terancam dengan konsep “perkawinan sejenis”. Atau pandangan bahwa hidup bersama di luar nikah itu baik-baik saja selama dilakukan secara suka rela.
Belum lagi isu-isu teologis (ketuhanan) dan keimanan lainnya yang dianggap oleh sebagian tidak relevan. Bahkan tidak rasional. Kerap konsep-konsep keagamaan secara umum dianggap paradoksikal terhadap keilmuan dan akal manusia.
Tujuan lain dari NUWIL ini adalah untuk menghadirkan suasana (lingkungan) yang berbeda dari lingkungan keseharian para pemuda/pemudi dan remaja kita. Walau mungkin hanya sehari dalam sebulan. Tapi mudah-mudahan suasana kebersamaan dengan sesama Muslim, sholat berjamaah, mengkaji dan diskusi Islam akan membangun suasana lingkungan yang nantinya membentuk wawasan keislaman yang lebih baik.
Hal penting lainnya, seperti yang pernah saya sampaikan tentang Pesantren Summer Program sebelumnya adalah upaya membentuk Komunitas mereka sendiri. Pemuda/pemudi dan remaja kita yang lahir atau minimal tumbuh besar di negara ini memiliki “mindset” tersendiri. Mereka memerlukan Komunitas yang se-ide se-pemikiran untuk merespon berbagai hal di sekekeliling mereka.
Barangkali hal minimal yang akan terjadi adalah terbentuknya “Virtual Community” (Komunitas virtual) bagi pemuda/pemudi dan remaja Islam kita di Amerika. Dengan dunia dengan kebiasaan baru (new normal) akibat Covid 19, konsep kehidupan nampaknya banyak mengalami pergeseran. Temasuk di dalamnya konsep Komunitas. Dari “inland community” (Komunitas darat) ke “online community” (Komunitas dunia maya) yang saya sebut “virtual community” tadi.
Akhirnya bersama ini kami mengajak semua orang tua untuk mencatat program ini. Pada masanya di saat diluncurkan nanti kami mengundang semuanya untuk mendaftarkan anak-anak remaja. Jika nantinya yang mendaftar besar jumlahnya maka akan dibagi kepada dua kelompok. High schooler group (kelompok 15-18 tahun) dan kelompok mahasiswa (university college level).
So keep tune! (*)
* Pendiri Pesantren Nur Inka Nusantara Madani/Nusantara Foundation USA