Direktur Utama Atria Tour & Travel H. Zainal Abidin SE dan pengurus AMPHURI pusat serta perwakilan PPUI saat ini tengah melakukan mitigasi umrah di masa pandemi Covid-19 di Tanah Suci. Berikut catatan kecil Zainal Abidin dari kota suci Makkah.
Oleh Haji Zainal Abidin SE
SEUSAI sholat Subuh tadi pagi, di mana semua jamaah sudah pada meninggalkan Masjidil Haram, tampak dari jarak 5 meter dari posisi saya, ada dua orang pemuda yang tengah tidur-tiduran di dalam masjid.
Lalu tak lama kemudian, polisi Al Haram menegur pemuda tersebut. Sang Askar mengingatkan bahwa tidak boleh seperti itu di dalam masjid.
Maka si pemuda pun bangun dan duduk.
Polisi Al Haram lalu meneruskan tugasnya. Meninggalkan mereka. Merasa tidak ada lagi polisi, maka si pemuda tersebut tidur-tiduran kembali di tempat yang sama.
Polisi tadi datang lagi menegur pemuda itu. Dan apa yang terjadi kali ini?
Polisi itu tak hanya menegur. Tapi juga meminta kartu identitas mereka. Lalu difoto.
Apa artinya ini? Ya, ini semacam tilang atas pelanggaran tata tertib di dalam masjid suci tersebut.
Saat itu mereka memang tidak diapa-apain. Tapi ada potensi sebuah peringatan atau boleh jadi penalti yang memungkinkan ada catatan pelanggaran di monitoring Tawakalna--semacam aplikasi PeduliLindungi di Indonesia.
Sebuah pesan untuk calon jamaah umrah / haji dari Indonesia agar selalu disiplin selama berada di Tanah Suci. Jamaah harus selalu menjaga etika dan ketertiban di mana saja berada.
Termasuk juga disiplin menerapkan protokol kesehatan. Untuk saling menjaga. Ya menjaga diri sendiri dan jamaah lain.
Jika sanksinya denda, kita hanya keluar uang. Tapi jika sanksinya dilarang masuk Masjidil Haram, tentu sebuah hukuman yang cukup berat bagi jamaah umrah atau haji.
Bisa dibayangkan, selama sanksi tersebut belum terurus hingga selesai dan status pelanggaran masih tercantum di Tawakalna alias belum di-delete, bagaimana nasib jamaah yang melanggar ini? Tentu umrah atau hajinya tidak sempurna.
Beribadah, salah satunya, mengajarkan kepada kita akan sikap disiplin. Menaati aturan. Ketidakdisiplinan yang dilakukan terus menerus melahirkan bencana. Termasuk bencana Corona. (*)