Gil Tamari nge-vlog di kawasan Arafah. |
HAJIMAKBUL.COM – Jurnalis Israel Gil Tamari juga nekat nge-vlog hingga liputan suasana Wukuf di Arafah. Namun akhirnya dia meminta maaf ke publik. Lewat akun Twitternya, Gil Tamari meminta maaf sekaligus menjelaskan bahwa kunjungannya ke Makkah tidak bermaksud menyinggung dan membuat umat Islam marah.
"Peringatan: Saya ingin menegaskan kembali, bahwa kunjungan ke Makkah ini tidak dimaksudkan untuk menyinggung umat Islam, atau orang lain. Jika ada yang tersinggung dengan video ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya," cuit Tamari seperti dilihat Rabu kemarin.
Tamari menyebut tujuan dia nge-vlog adalah untuk menunjukkan betapa pentingnya Makkah dan untuk menunjukkan indahnya toleransi beragama. "Tujuan dari seluruh upaya ini adalah untuk menunjukkan pentingnya Makkah dan keindahan agama ini, dan dengan demikian, akan menumbuhkan lebih banyak toleransi dan inklusi beragama," imbuh Tamari.
Tamary berdalih, apa yang dilakukannya adalah bentuk dari kerja jurnalistik. Dia ingin menunjukkan pentingnya Makkah bagi umat Islam.
"Rasa ingin tahu adalah jantung dan pusat jurnalisme, dan jenis jurnalistik tangan pertama seperti inilah yang membedakan jurnalisme yang baik, dengan jurnalisme yang hebat. Prinsip dasar ini juga membimbing kami dalam upaya jurnalistik ini dan memungkinkan banyak orang untuk melihat, untuk pertama kalinya, tempat yang sangat penting bagi saudara dan saudari muslim kami, dan bagi sejarah manusia," sambung Tamary.
"Sekali lagi, jika ada yang tersakiti atau tersinggung dengan ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami tidak punya niat seperti itu," pungkasnya.
Bukan yang Pertama
Diberitakan Vox yang dikutip Rabu (20/7/2022), pemerintah Arab Saudi memang
melarang semua orang nonmuslim memasuki kota suci Makkah. Mereka menerapkan
aturan itu dengan sangat serius. Namun hal itu membuat para petualang Eropa
merasa tertantang. Bukan hanya Gil Tamari, jauh sebelumnya malah banyak
petualang Eropa ingin merasakan naik haji meski mereka beragama Nasrani.
Buku berjudul "Orang Kristen Naik Haji" karya Augustus Rally
mengisahkan perjalanan terlarang orang-orang Eropa terdahulu yang nekat
menyusup ke kota suci. Mereka antara lain Bartema, Badia, Burckhardt, Giovanni
Finati, Lon Roches, Sir Richard Burton, dan Snouck Hurgronje. Mereka bukan
sekadar masuk kota Makkah, tapi nekat menjajal perjalanan haji pada masa itu
yang sungguh menegangkan, penuh rintangan, ujian, marabahaya, tetapi sekaligus
menggetarkan.
Baca Juga: Orang Kristen Naik Haji, Ada yang Ditangkap dan Dihukum Mati
Kemungkinan seorang nonmuslim dapat menyelinap masuk tanpa diketahui di
antara kerumunan jamaah tanpa terdeteksi atau berpura-pura menjadi muslim dan
masuk dengan cara itu sangatlah kecil. Tapi aktivitas terlarang itu tidak
sepenuhnya mustahil. Sebab, beberapa orang telah melakukannya dalam ratusan
tahun terakhir dengan tingkat keberhasilan yang sangat kecil.
Masuk secara legal ke Arab Saudi dikontrol dengan sangat ketat. Dokumen
yang diperlukan untuk mendapatkan visa haji juga sangat rinci, apalagi saat
momen haji. Saudi juga melarang nonmuslim masuk demi menjaga kekhusyukan kaum
muslimin dalam beribadah haji. Jemaah harus memesan perjalanan haji melalui
agen perjalanan haji yang disetujui pemerintah Saudi.
Untuk seorang mualaf muslim Barat untuk diizinkan pergi haji, ia harus
menunjukkan dokumentasi dari seorang imam. Imam harus bersaksi secara tertulis
bahwa dia mengenal orang yang bersangkutan dan bahwa orang tersebut adalah
mualaf sejati.
Mencoba masuk dengan visa turis biasa dan kemudian diam-diam berjalan ke
Makkah juga tidak mungkin. Mendapatkan visa turis sebagai orang Barat sangatlah
sulit. Kemungkinannya kecil bisa lolos begitu saja dari pengawasan pemerintah
Saudi dan melakukan perjalanan tanpa terdeteksi sepanjang jalan di Ibu Kota
Riyadh ke Makkah. Jaraknya lebih dari 800 kilometer membelah gurun yang luas.
Satu-satunya cara bagi seorang nonmuslim untuk masuk pada dasarnya adalah
melakukan tipuan, berpura-pura masuk Islam dengan niat cukup tulus untuk
meyakinkan imam setempat bahwa Anda memang seorang muslim sejati. Itu pernah terjadi sebelumnya. Pada 2015,
seseorang berinisial WND menerbitkan seri tiga bagian yang ditulis dengan nama
samaran oleh seseorang yang mengaku sebagai pria kulit putih nonmuslim Inggris
yang berhasil pura-pura masuk Islam dan pergi haji.
Tetapi Anda harus benar-benar siap menghadapi semua masalah dan risiko yang
berpotensi dideportasi. Risiko lain adalah dilarang masuk dari negara tersebut.
Belum lagi jika ada ketegangan hubungan internasional dan membuat marah hampir
setiap muslim.
Islam Tak Melarang
Namun apakah Islam melarang? Mengutip artikel dari Ihram.co.id yang dimuat
di situs Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), ada ulasan dari pendiri Rumah
Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat yang mengatakan hal itu bisa dilihat dari
sejarah Nabi Muhammad SAW. "Di masa
Rasulullah SAW, Nabi pernah menerima utusan dari Bani Tsaqif. Bani Tsaqif itu
adanya di Tha'if, datang mereka ke Madinah dan mereka bukan orang Islam tapi
diterima oleh Rasulullah di dalam Masjid Nabawi. Nah, bukan hanya masuk Kota
Madinah tapi mereka masuk ke dalam Masjid Nabawi," kata Ustaz Ahmad dalam
kajian berjudul Apakah Benar Madinah Adalah Kota Suci Anti non-Muslim? di kanal
Youtube Rumah Fiqih.
Selain itu, di masa Rasulullah banyak terdapat orang Yahudi, sebelum nanti
ada pengusiran-pengusiran terhadap orang Yahudi karena mereka mengkhianati
perjanjian-perjanjian yang telah mereka buat.
Yang jelas, di masa Rasulullah ada orang Yahudi. Dahulu, Rasulullah juga
menandatangani perjanjian Piagam Kota Madinah bersama tiga orang Yahudi, yakni
Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.
Mereka adalah orang-orang yang memang sudah lebih awal tinggal Madinah.
Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, maka Madinah menjadi sebuah negara yang
banyak penduduknya dengan berbagai macam rasnya. Ada orang Arab yang masih
menyembah berhala, orang Yahudi, dan orang Majusi yang menyembah api.
"Jadi sebenarnya, kalau mengacu di masa Rasulullah, Madinah adalah
kota yang multi dalam arti tidak hanya khusus buat orang Islam saja, tapi untuk
semua agama. Piagam Madinah itu mengikat semua agama yang ada, dari berbagai
macam kelompok, ras, etnis, dan lain-lain," ujar dia.
Ini berarti Madinah adalah kota yang tidak tertutup untuk orang-orang di
luar Islam pada masa Rasulullah. Namun sekarang Madinah dan Makkah tidak boleh
dikunjungi bagi orang nonmuslim karena kebijakan dari pemerintah Saudi. Selain
dua kota itu, orang nonmuslim bisa tinggal dan berkunjung. Misal, Jeddah,
banyak orang nonmuslim dari Filipina yang menjadi tenaga kerja. Mereka
dibolehkan tinggal di sana. Juga orang asing dari negara Barat. ( det/wis/rp)