×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pengajian Ustad Arafat: Hikmah Bulan Dzulhijjah & Haji

Wednesday, May 31, 2023 | 09:51 WIB Last Updated 2023-05-31T02:51:16Z
Ustad Arafat


USTADZ Arafat memberikan pengajian mingguan secara online dengan ratusan jamaah. Untuk pengajian Senin kemarin mengambil tema Menjemput Bahagia Dzulhijjah dengan Mengenal Sejarah Rasulullah yang bisa diikuti di kanal Youtube Teka Teki Rasulullah, yang linknya ada di bagian bawah artikel ini..


Ustadz Arafat mengajak kita selalu bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah dengan cara nikmat tersebut dipakai untuk ibadah.  "Sebentar lagi kita merayakan Idul Adha, saudara kita juga sudah banyak di Tanah Suci untuk berhaji. Sekarang membahas tentang Dzulhijjah. Rahasia seputar tentang nilai-nilai ibadah haji lalu soal qurban," katanya. 


Sewaktu belajar pada gurunya seorang ulama Betawi, Ustadz Arafat sering mendapat pelajaran hikmah dari setiap ibadah yang kita lakukan. Dia lalu memberi contoh soal sholat, memakai baju, atau mandi yang kita lakukan sehari-hari, yang ternyata ada hikmah dan pahalanya.


"Waktu saya belajar kepada guru saya almarhum ulama dari Betawi, Beliau sesekali mengupas hikmah-hikmah dalam ibadah kita, seperti mengapa di dalam sholat, semua rukun sholat, dikerjakan satu kali, setiap rakaatnya ya, tapi begitu sujud dikerjakan dua kali, itu karena kita menyembah Allah SWT, menghamba kepada Allah SWT, Tuhan kita dan kita makhluknya, sehingga kita bersujud, sujud penyembahan, kemudian sujud kedua itu puji syukur kita kepada Allah SWT. Kita diberi nikmat, Allah yang memberi nikmatnya, kita bersyukur atas nikmat tersebut, dan kita bersujud. Mangkanya, ketika orang itu sholat, dia menyembah kepada Allah sekaligus bersyukur kepada Allah. Jadi dapat dua-duanya. Dan ketika orang itu meninggalkan sholat, maka dia meninggalkan pengakuan dan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Syukur nikmat, punya badan, sehat, punya waktu, dan banyak yang lain, eh dia tidak sholat, itu meninggalkan pengakuan bahwa Allah Tuhannya dan dia hamba, sekaligus meninggalkan rasa syukurnya kepada Allah," katanya.


"Kalau kita sholat, dalam satu rekaat berdiri rukuk, iktidal, semua satu kali, begitu sujud dilakukan dua kali. Sepertinya ada spirit yang Allah SWT sampaikan bahwa setiap gerak ibadah yang disyariatkan kepada kita ada hikmahnya."  


Begitu pula dengan mandi. Ada hikmahnya. Rasulullah juga mandi untuk kebersihan dan kesegaran. Sehingga bila kita mandi harus diniatkan mengikuti sunnah Rasulullah SAW, sehingga kita mendapat pahala. 


Selain itu juga baju, itu pakaian dunia, yang suatu saat akan dilepas. Itu simbol, sebagaimana berat, lelah dan kerasnya kita bekerja untuk dunia, suatu saat juga akan dilepas juga untuk menghadap kepada Allah karena sebaik-baiknya pakaian untuk menghadap Allah itu adalah iman dan takwa. Allah hanya memandang pakaian ketakwan, pakaian iman. Suci. Dilambangkan pada warna putih, yang juga lambang kebersihan.


"Semahal apa pun kita pakai batik atau jas, tetap akan kita lepas juga saat menghadap Allah. Itu simbol," katanya. 


Orang yang sedang berhaji juga sama. Dia lepas bajunya. "Ya Allah saya ingin menghadap Engkau, pakaian ini saya lepas ya Allah, dan saya memakai pakaian iman dan ketakwaan. Warna putih yang suci, yang Engkau cintai ya Allah. Itu pakaian ihram. Ada balance antara dunia dan tempat kembali kepada Allah," katanya.


Setelah melepas baju dan memakai ihram, berhaji juga harus meninggalkan wangi-wangian. Orang yang berihram tidak boleh memakai wangi-wangian. Tidak boleh tampil memakai minyak rambut, harus melepaskan perhiasan perhiasan dunia, termasuk wewangian. "Tampil apa adanya ke hadapan Allah," katanya.


Lalu Wukuf, jamaah haji datang ke lapangan Arafah. Selama di Padang Arafah tersebut, berdoa kepada Allah. Ini pelajaran. Ketika berhaji, semua diatur oleh Allah. Kapan waktunya, tempatnya di mana. Seperti Wukuf ini. 

"Baik dia presiden atau artis, cantik ganteng atau jelek, kulit hitam atau putih, semua tunduk pada Allah. Wukufnya harus di Arafah dan pada waktunya. Tidak boleh di hotel depan Masjidil Haram atau waktu lain," katanya.


Hal ini menunjukkan kita ini sama di hadapan Allah. Tidak ada perbedaan status atau ras, tidak ada rasa sombong, tinggi jabatannya, tak ada yang merasa lebih alim, lebih sukses, lebih pengalaman dan lain-lain. Raja dan rakyat si kaya dan si miskin sama di hadapan Allah. 


"Mirip salat Jumat. Tempatnya sama dan waktunya sama. Kaya miskin pejabat rakyat sholatnya harus di masjid dan waktunya hari Jumat. Semua sama," katanya.


Selengkapnya, ikuti saja di Youtube di bawah ini:







×
Berita Terbaru Update