Zuhri Alamsyah |
Orang mengenal tragedi Mina. Namun tahun ini jamaah haji Indonesia akan sangat teringat dengan tragedi Muzdalifah, saat banyak jamaah haji asal Indonesia telantar hingga mengakibatkan korban berjatuhan. Bersyukur ada petugas haji bernama Zuhri Alamsyah, yang sigap mengambil tindakan di tengah kekalutan itu. Dia pun disebut pahlawan jamaah haji RI di Tragedi Muzdalifah.
PENYELENGGARAAN Haji 2023 dikritik karena banyak kelemahan. Akibatnya, selain tenda yang berjubel, katering yang memprihatinkan, juga banyak jamaah haji telantar di Muzdalifah. Mereka telantar sejak Subuh hingga siang hari tak terangkut bus ke Mina dengan kondisi kelelahan, belum makan dan minum. Bahkan ada nyawa melayang di Tragedi Muzdalifah ini. Hingga pasca puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), total jamaah yang meninggal mencapai 347 orang.
Informasi yang dihembuskan saat itu bahwa Tragedi Muzdalifah disebabkan kemacetan dan baru selesai setelah polisi berhasil mengurai padatnya lalu lintas. Namun sejatinya tidaklah demikian sebab masih ada bus-bus melintas tapi ternyata tidak mau mengangkut jamaah haji Indonesia. Ada apa? Inilah yang menjadi tanda tanya besar. Tapi beruntung ada Zuhri Alamsyah yang sigap bertindak.
Petugas haji itu dalam struktur Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2023 mengemban amanah sebagai Pelaksana Layanan Lanjut Usia. Wilayah tugasnya di Makkah, tepatnya di sektor 10 Misfalah. Saat di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna), dia bertugas melayani jamaah di Maktab 58-64.
BACA BERITA TERKAIT:
1. Jamaah Haji Asal Sidoarjo Lolos dari Tragedi Muzdalifah
3. Masjidil Haram Penuh, Jamaah Disarankan Salat Jumat di Masjid Sekitar Hotel
Mengutip detik.com, pria 51 tahun itu lalu mengungkap cerita di balik Tragedi Muzdalifah dengan menyertakan aksi heroiknya mencari bus untuk jamaah. Dia pun berani menjamin bahwa jamaah-jamaah yang menyaksikan aksinya bersedia bersaksi untuk ceritanya tersebut.
Awalnya, Alam, panggilan akrabnya, enggan bicara kepada media massa. Namun Wakil Ketua MPR Yandri Susanto yang tahu kisahnya mendorong dia agar mau bercerita dengan tujuan menjadi bahan perbaikan untuk pelaksanaan haji di masa mendatang.
Alam menuturkan, jamaah haji Indonesia seharusnya mulai diangkut dari Muzdalifah ke Mina pada tengah malam 10 Dzulhijjah, atau saat pergantian hari masuk tanggal 28 Juni 2023 pada kalender Masehi, sekitar pukul 00.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Namun dia menaruh curiga ada masalah dalam pengangkutan jamaah itu, karena hanya 5 bus per jam yang datang menjemput jamaah Indonesia, yang jumlahnya lebih dari 200 ribu.
Setiap bus, kata Alam, hanya bisa mengangkut sekitar 45 orang. Artinya, kalau dipertahankan tetap 5 bus per jam, maka butuh lebih dari 4.600 jam untuk mengangkut seluruh jamaah haji Indonesia yang malam itu ada di Muzdalifah.
Pukul 05.20 WAS, Alam melapor ke atasannya mengenai masalah lambatnya pengangkutan jamaah. Atasannya pun berupaya mencari solusi. Sekadar untuk diketahui urusan transportasi di Armuzna dikelola oleh pihak masyariq, penyedia layanan haji Saudi yang dikontrak oleh Kementerian Agama RI.
Namun alih-alih menemukan solusi, masalah malah kian menjadi. Bus yang mengangkut jamaah semakin lambat kedatangannya. Alam mencatat setelah matahari terbit penjemputan jamaah haji Indonesia malah menjadi 1 bus per 40 menit.
Padahal kondisi jamaah haji Indonesia semakin memburuk. Air yang menjadi bekal sudah habis. Pemandangan pilu dilihatnya saat para jamaah mulai mengais-ngais botol air minum yang sudah dibuang.
Tubuh renta jamaah-jamaah lansia kesulitan bertahan menghadapi sinar matahari yang kian meninggi dan terik. Dia mengaku menyaksikan jamaah lansia meregang nyawa.
"Saya melihat sendiri dua orang meninggal. Belum yang lain yang bergelimpangan, saya nggak tahu pasti kondisinya," tutur Alam kepada wartawan di Makkah. Saat itu memang suhu di Armuzna bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celcius.
Menurut Alam, lambatnya kedatangan bus penjemput jamaah RI bukan karena kemacetan. Sebab dia melihat banyak bus kosong melintas, namun tak ada yang mau berhenti. Hanya bus tertentu yang bersedia mengangkut jamaah Indonesia, itu pun seperti ceritanya tadi, hanya 1 bus per 40 menit.
Sekitar pukul 11.00 WAS Alam kembali melapor ke atasan. Dia meminta restu untuk melakukan tindakan di luar formalitas pencarian bantuan. Atasannya pun mengizinkan.
Alam ternyata berbuat nekat. Dia menghadang bus yang melintas dengan tubuhnya. Satu bus terpaksa berhenti mendadak saat menghadapi tubuh tambun Alam di tengah jalan. Namun sopir bus itu ternyata tak berniat benar-benar berhenti. Bus yang dibawanya tetap digas pelan-pelan, mendorong-dorong tubuh Alam yang mencoba menahannya dengan tangan.
Tak habis akal, Alam kemudian meminta bantuan jamaah untuk membawakannya satu buah kursi roda. Dia lalu melempar kursi roda itu ke depan bus. Sopir bus akhirnya terpaksa berhenti total.
Perdebatan terjadi antara Alam dan sopir bus yang merupakan warga Saudi. Alam meminta sopir bus itu mengangkut jamaah haji Indonesia yang sudah telantar berjam-jam. Namun yang terjadi adalah dialog dengan urat leher menegang tanpa saling memahami. Alam tak bisa bahasa Arab, sementara si sopir tak bisa berbahasa Indonesia.
"Saya tak akan biarkan satu pun bus kosong lewat tanpa ngangkut jamaah Indonesia," kata Alam menceritakan perkataannya kepada sopir bus.
Aksi Alam yang masih mengenakan ihram ternyata mengakibatkan kemacetan panjang di Muzdalifah. Bus-bus kosong berbaris tersendat gegara terhadang kursi roda dan tubuhnya. Alam bertahan di tengah jalan, tak mau menyingkir hingga jamaah haji Indonesia diangkut ke Mina.
Dia menuturkan aksinya membuat gerah seseorang berpengaruh yang disebutnya sebagai "Jenderal Arab". Pria berpengaruh ini ikut terjebak kemacetan karena ulahnya.
"Jenderal Arab" itu pun turun dari mobil lalu menghampiri dirinya, mencoba berdialog. Alam pun meminta bantuan jamaah yang bisa bahasa Arab untuk berbincang dengan "Si Jenderal Arab" tersebut .
Yang jelas Alam berkukuh tak mau menyingkir dari jalan. "Si Jenderal Arab" akhirnya mengalah, meminta bus-bus kosong yang terjebak kemacetan membantu mengangkut jamaah Indonesia.
Alam girang bukan kepalang. Dia lalu meminta bantuan sebagian jamaah untuk mengatur lalu lintas pengangkutan. Lansia yang berkursi roda didahulukan, sementara yang muda-muda bakal diangkut belakangan.
Akhirnya, sekitar pukul 12.00 WAS, mayoritas jamaah haji Indonesia berhasil diangkut ke Mina. Bantuan dari PPIH juga mulai terasa. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief membuat pernyataan bahwa seluruh jamaah haji bisa dievakuasi dari Musdalifah pukul 13.30 WAS.
"Mati itu urusan Allah, tapi saya di sini melayani tamu-tamu Allah," kata Alam soal aksinya itu.
Direktur Bina Haji Kementerian Agama, Arsyad Hidayat, sudah mendengar cerita soal aksi Alam. Namun dia mengatakan tak hanya Alam, sejumlah petugas haji lain juga punya dedikasi tinggi dalam mencari solusi di Muzdalifah.
"Itu banyak juga model seperti itu di saat kejadian itu," kata Arsyad saat dikonfirmasi. Ya, begitulah seharusnya dalam melayani tamu Allah SWT. (*)