×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ngaji Bareng Kiai Asep: Akhlak Yang Baik, Berat Timbangannya di Akhirat

Wednesday, September 6, 2023 | 10:43 WIB Last Updated 2023-09-06T03:46:38Z



HAJIMAKBUL.COM - Akhlak seorang mukmin adalah cermin keimanannya kepada lima rukun iman dan Islam. Dengan demikian, seorang mukmin akan senantiasa menjaga setiap perkataan dan perbuatanya. Menghargai dan menghormati sesama manusia dan senantiasa menciptakan kehidupan yang damai dan rukun.


Hal ini ditegaskan oleh Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim MA (Kiai Asep), pada para santriwan – santriwati SMP dan SMA Unggulan Amanatul Ummah, Siwalan Kerto, Surabaya, Rabu pagi tadi, 6 September 2023.  


Dijelaskan oleh Kiai Asep, bahwa seorang mukmin yang memiliki akhlak mulia, maka akan mendapatkan segala sesuatu yang baik dari Allah SWT. Keutamaan lainnya adalah dengan akhlak yang baik, akan memperberat timbangan di akhirat sekaligus ia mencapai derajat tinggi sebagaimana orang yang shalat malam dan berpuasa di siang hari dan mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik akhlaknya.


Kiai Asep mengingatkan, bahwa missi utama Nabi Muhammad SAW antara lain memperbaiki dan menyempurnakan akhlak manusia. Dari kebodohan menuju akhlakul karimah.


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

“Sesuatu yang paling berat di timbangan adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud no. 4778, hadits ini hasan shahih).


Dalam hadits lain, Beliau bersabda yang maknanya: “Sesungguhnya dengan akhlaknya yang baik, seseorang benar-benar dapat mencapai tingkatan orang yang bangun (shalat) malam dan berpuasa di siang hari.” (HR. Al-Hakim, I/60).


Dikatakan oleh Kiai Asep, bahwa bukan ummat Muhammad, bila ada orang kurang menghormati anak kecil, dan tidak mengetahui cara bersikap kepada orang yang lebih tua. 


“Demikian juga dengan orang yang suka menipu, tidak memiliki belas kasih pada orang yang miskin dan lemah, suka hasud (iri dan dengki), mengadu domba, menjadi seorang dukun, atau suka ke dukun, termasuk ke ahli nujum (orang yang suka menebak-nebak),” kata Kiai Asep. 


“Rasulullah tidak pernah melakukan hal itu, meskipun Beliau oleh Allah dibentangkan pengetahuan jauh sebelum lahir dan jauh ke masa depan,” tegas Kiai Asep. 


Seorang muslim yang mukmin juga tidak boleh menangis tersedu-sedu, bahkan memukul-mukul kepalanya, melukai badannya, bila ditinggal mati oleh orang yang dicintainya. “Nggak boleh nak.. ya nak… Cukup ucapkan innalillahi wa innailaihi rojiun, lalu taqwa kepada qodo’ dan qodarnya Allah. Bersedih boleh, tapi ya sepantasnya saja,” jelas Kiai Asep. 


Tidak Sombong


Dikisahkan, ketika Sahl at-Tasturi ditanya tentang akhlak yang baik, dia menjawab, ”Yang paling rendah adalah tabah menanggung derita, tidak membalas keburukan dengan keburukan yang sepadan, berbelas kasih dengan orang yang menzalimi, memohonkan ampun untuknya, dan menyayanginya.” (Al-Ihya, 3/57).


Termasuk akhlak yang baik adalah orang-orang yang jauh dari sikap sombong karena sikap tersebut bisa membawa petaka, baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Allah berfirman; “Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda-tanda (kekuasaan-Ku), mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mendustakan ayat – ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya.” (QS. Al-A’raf: 146)


Juga firman-Nya, “(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan orang-orang beriman. Demikianlah, Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.” (QS. Gafir: 35)


Muhammad bin Wasi’, tokoh terpandang dan ahli ibadah berkata: “Kalau saja dosa itu memiliki bau, tentu tidak akan ada orang yang bersedia duduk di dekatku.” (As-Siyar, 6/120, Shifah ash-Shofwah, 3/268).


Subhanallah ... Begitu lembut dan peka hati mereka. Keimanan yang kokoh dan amal saleh yang mereka lakukan tidak membuat mereka sombong dan bangga diri.


Al-Husain bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tidak ada hati yang dimasuki oleh rasa sombong sedikit pun, kecuali pemahamannya akan terkurangi sesuai dengan rasa sombong yang malu, sedikit ataukah banyak.” (Al-Ihya’, 3/358)


Ayyub as-Sikhtiyani mengatakan: “Ketika orang-orang saleh disebutkan, aku merasa sangat jauh dari mereka.” (Tadzkiroh al-Huffazh, 10/131).


Imam Ahmad berkata: “Aku mohon kepada Allah, semoga Dia menjadikan kami lebih baik dari apa yang disangka orang dan mengampuni dosa kami yang tidak diketahui orang.” (al-Wara’, Imam Ahmad bin Hambal, hlm. 152)


Asy-Syafi’i mengatakan: “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah yang tidak memandang dirinya memiliki kedudukan. Dan orang yang paling banyak jasanya adalah yang tidak memandang dirinya memiliki jasa.” (As-Siyar, 10/99)


Terakhir, Kiai Asep mengatakan "Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah."(Hadits dari Abu Hurairah dengan derajat Muttafaq 'alaih). (Moch. Nuruddin)



×
Berita Terbaru Update